Friday, October 2, 2009

Talqin

TALQIN
CONTEKAN TERAKHIR MANUSIA
Ditengah hiruk-pikuk kehidupan bersosial, tiba-tiba dari kejauhan, tampaknya dari masjid terletak di tengah desa, terdengar suara pak Modin sedang mengumumkan sesuatu. Setelah diperhatikan seksama, terdengar, “Innalillahi wainna ilaihirrooji’uun, telah meninggal Bu Siti..” dan seterusnya. Warga desa pun sembari agak kaget, berduyun-duyun menuju rumah keluarga, untuk merawat mayat. Memandikan, mengkafani dan disembahyangkan. Setelah itu warga buru-buru membawa mayat ke rumah terkhirnya (kuburan), dan dikuburkan di tanah yang sebelumnya telah dipersiapkan oleh warga. Mayat diteruh di dalamnya, dan dengan suasana yang memilukan, sedikit demi sedikit, tanah itu ditimbun, untuk menutupi mayat. Selanjutnya, warga dan kyai, tidak lantas pulang begitu saja.
Warga berdiri dan kyai duduk berhadapan dengan mayat mulai membaca do’a yang cukup panjang. Ditengah-tengah do’a itu, nampak sang kyai sedang bercakap dengan mayat Bu Siti. Prosesi pembacaan do’a inilah yang oleh umat Islam dinamai “Talqin”.
Talqin. Menurut Kamus Al Muhith, juz IV hal 268, dalam bahasa Arab yakni “Tafhim”, artinya, memamahamkan atau memberti faham. Sedang menurut istilah agama, Talqin punya dua fersi. Pertama, mengajarkan kepada orang yang akan wafat dengan kalimat tauhid, yakni “Laa Ilaaha Illal Lah, artinya Tiada Tuhan selain Allah”. Kedua, mengingatkan orang yang sudah wafat dan baru saja dikubur beberapa hal penting baginya, untuk menghadapi malaikat Munkar dan Nakir yang akan datang menguji ke-Iman-annya.
Sekalian manusia, atau bahkah semua makhluk sang Khaliq yang bernyawa, pada akhirnya nanti akan berkemas menuju akhirat. Hal itu diawali dengan prosesi kematian suatu makhluk, yang puncaknya terjadi ketika Israfil menjalankan tugasnya, meniup terompet maut. Ini sesuai dengan firman Allah dalam Az Zumar : 68 yang artinya “Dan ditiup sangkakala sehingga mati sekalian yang berada di langit dan bumi, kecuali orang yang dikehendai Tuhan belum akan mati, kemudian sangkakala dituip sekali lagi maka mereka (yang mati itu) bangun lagi menunggu hukum Tuhan”.
Itulah kematian masal, se alam jagat (Kiamat Kubro). Tapi kali ini bukan itu yang menjadi bahasan kita kali ini, melainkan Kiamat Sughra. Yakni kematian makhluk demi makhluk Tuhan Allah Azza Wa Jallah dalam rentetan kehidupan, alias bukan masal se jagad ini.
Kematian bagi setiap makhluk pastilah terjadi. Tidak ada satupun yang bisa menghindari, merubah atau mengetahui kapan, dimana dan karena apa (Al A’raf 34). Karena kematian, merupakan rahasia-Nya, yang telah ditetapkan di alam Azali.
Talqin di Saat yang Darurat
Kematian adalah keluarnya jiwa dari tubuh seseorang. Saat ini, manusia sedang dalam masa genting. Bagaimana tidak …? KeIslaman manusia selama hidup, akan dibuktikan kala itu. Makanya dalam hadis Imam Muslim, Rasulullah menganjurkan untuk membaca Kalimat Tauhid.
Pasalnya, siapa yang akhir perkataannya di dunia dengan kalimat tauhid, maka dia masuk surga. Makanya, sesama muslim diharapkan membantu saudara se-Islamnya bila menghadapi sakarotul maut. Ini talqin pertama kepada manusia, yakni mengajari manusia untuk mengakui ke-Esa-an Allah di akhir hayatnya. Tak hanya itu, sesama muslim pun disunnahkan untuk membaca Surotul Yasin.
Setelah melewati masa sakarotul maut lewat, dan sudah terbukti meninggal dunia, kewajiban sesama muslim tidak berarti telah gugur. Justru inilah kewajiban sesama muslim mulai diindahkan. Yakni merawat jenazah atau mayat, sebagai upaya penghormatan terakhir kepadanya.
Itu dimulai dengan memandikan jenazah, kecuali bila meninggal dalam peperanganan (mati syahid), mengafani dengan benar dan menyhalatinya. Setelah shalat usai, jenazah harus cepat-cepat dibawa ke kuburan untuk dimakamkan. Mayat dimasukkan ke dalam tanah, ditimbun dan diratakan, tapi para pengantar mayat dianjurkan tidak langsung saja pulang. Sunnah baginya untuk mentalqin (mengingatkan) sang jenazah terlebih dahulu (Adz Dzariyat : 55). Disini Talqin ke dua dijalankan.
Talqin yang dimaksudkan menurut Rasullullah yakni memberikan pelajaran penting tantang apa yang akan ditanyakan oleh malaikat utusan Allah. Misalnya I’tiqad, Tauhid, Syahadat, ke-Tuhan-an, Agama, Nabi, Al Quran dan lain-lain. Tujuannya, tak lain guna melancarkan jawaban atas pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir yang segera datang menghampirinya.
Mereka malaikat yang oleh sang Qidam diberi amanat menanyai manusia yang telah meninggal. Pun diperkenankan menghukumnya, bila tidak sanggup menjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar. Mengapa hal itu dilakukan…?
Dalam kitab Hadist Bukhori yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, diterangkan bahwa mayat yang berada di dalam tanah, setelah ditinggal para pengantarnya, dia akan didatangi dua malaikat yang mengujinya. Untuk itulah sebelum para malaikat datang, maka sang mayat hendaknya diperingatkan jawaban-jawaban (memberi contekan) yang betul supaya jawaban tepat, dan tidak keseleo lidahnya (gagap-Red). Mengingat saat itu adalah saat yang sangat gawat, yang bisa membuat orang gugup. Ditambahkan pula dalam Musnad Ahmad bin Hambal, karena keadaan sang mayat baru saja memasuki alam baru yakni alam kubur, yang tentulah membuatnya masih begitu asing.
Bagi muslim dewasa yang telah berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan tepat, malaikat akan memperlihatkan tempatnya kelak yakni di Surga, sedangkan bagi yang belum berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, maka malaikat akan memukulnya dengan palu besi diantara dua telinganya. Sehingga ia menjerit dan memekik kesakitan, yang terdengar oleh sekaian makhlud Allah, kecuali manusia dan jin. Hal ini akan terus berlangsung sampai dia berhasil menjawab pertanyaan yang diajukan.

Pendengaran Mayat Pendengan Super
Talqin, yakni memberitahukan jawaban-jawaban yang akan ditanyakan oleh malaikat dua, utusan Allah SWT. Itu berarti terjadi komunikasi satu arah untuk sang mayat. Atau dengan kata lain, sang mayat dengan sang Kyai atau orang yang mentalqini, tidak terjadi komunikasi timbal-balik. Nah, benarkah mayat pada saat itu mendengan ucapan orang yang sedang mentalqininya.
Dalam suatu hadist disebutkan, prosesi talqin semacam itu sangat didengar sang mayat. Itu sesuai dengan hadist sahih, Imam Bukhori, nabi Muhammad SAW bersabda, “Demi Tuhan yang memegang jiwaku, mereka (orang mati) mendengan suaruaku lebih dari kamu mendengarku, tetapi mereka tidak bisa menjawab”.
Diterangkan pula bukan hanya suara talqin saja yang didengar sang mayat kala itu, bahkan suara langkah para pengantarnya, yang berangkat pulang pun bisa didengar dan dirasakan.
Jadi salah besar, orang yang menganggap orang yang mentalqin itu perbuatan bodoh dan tidak ada gunanya. Karena jawaban yang disampaikan dalam doa talqin, begitu diperlukan oleh sang mayat, mengingat dia sebagai peserta baru dalam alam kubur.
Pernah dalam suatu hadis sahabat Umar bin Khotob bertanya kepada Rasulullah, tentang pentingnya talqin. Menurut sahabat Umar, bagaimana bisa orang yang sudah diambil jiwanya, bisa mendengar suara makhluk yang masih tinggal di alam dunia, padahal indra pendengarannya sudah tidak fungsi lagi. Tapi dengan tegas Rasulullah membantah pemikiran Umar tersebut. Rasulullah dengan bijaksana menerangkan, bahwa waktu orang sudah dalam keadaan demikian sangat kuat pendengarannya, bahkan lebih dari orang yang masih hidup.
Itu terjadi, karena manusia di saat itu telah meninggalkan jasad, yang menjadi batas ruang dan waktunya. Maksudnya, kemampuan manusia untuk menginderai pendengarannya, masih dibatasi oleh jasad, berupa tubuh yang membungkus jiwanya. Jadi, kamampuan untuk mendengar manusia di kala hidup, senyatanya lebih lemah ketimbang orang mati. Atau dengan kata lain, orang mati, dan memasuki alam kubur, ternyata lebih kuat pendengarannya, sehingga lebih kuat mendengar suara talqin sang penalqin. Karena dia telah meninggalkan bungkus yang membatasi kemampuannya.
Dicontohkan oleh Drs. H. Moh. Amin AZA, orang mati pendengarannya lebih kuat daripada orang hidup, itu layaknya orang biasa naik pesawat terbang. Maka yang terjadi, dia dapat bergerak jauh lebih cepat dari normalitasnya.
Dari permisalan itu, Aba Amin, mendiskripsikan, manusia hidup diumpamakan seperti manusia normal, yang hanya dapat bergerak sesuai kadarnya. Sedangkan orang mati, layaknya orang yang naik pesawat, dapat bergerak jauh lebih cepat. Dalam konotasi ini, manusia dapat mendengar lebih peka.
Bukan terbatas itu. Kebesaran Allah SWT memberikan kuasaNya, orang yang telah masuk alam kubur, bisa Bahasa Arab tanpa harus kursus Bahasa Arab. Sehingga, talqin dengan Bahasa Arab pun tak jadi masalah buat sang arwah. Dengan kata lain, talqin tidak harus dilakukan dengan menggunakan bahasa daerah yang beraneka ragam.

Pertanyaan Maut sang Malaikat
Kepatuhan manusia selama menjalankan masa ulangan di dunia, belum bisa dibuktikan secara riil, selama ia masih hidup dan masih bisa berkomunikasi dengan sesama, serta masih bisa merasakan nikmatnya alam yang dianugrahkan oleh Allah SWT. Apakah orang itu sudah benar-benar patuh kepada-Nya, sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW, yakni “Ikhlas”. Atau seseorang itu masih menjalankan perintah sang Yang Wajib Wujud (Allah), hanya karena dimotifasi oleh keinginan dunia nan memenara. Atau bahkan melakukan kewajiban-Nya, karena didorong rasa Ego pada sesama. Itu semua masih belum bisa ditebak.
Maka predikat yang diberikan oleh orang, masih berkutat pada tingkah dan tindak-tanduk, yang dapat dilihat oleh kasat mata. Sehingga, arti kebohongan dan keimanan sang makhluk masih belum patent.
KeImanan, keIslaman, keIkhsanan dan keikhlasan seseorang menerjunkan diri dalam agama yang diridloi Allah, baru bisa dibuktikan kala ia sudah tidak bernyawa. Hal itu terjadi, saat keluarnya nyawa dan saat nyawa didudukkan untuk ditanyai si malaikat penguji di alam kubur.
Disini, kebohongan dan kejujuran manusia yang benar atau salah mulai bisa dinetralisir. Dibuktikan dengan ketetepatannya menjawab semua pertanyaan yang diujikan oleh Munkar dan Nakir.
Pertanyaan apa saja…?
Dalam do’a Taliqin disebutkan tujuh pertanyaan yang akan mengantarkan orang bisa tidur nyenyak dalam alam kubur atau sebaiknya akan disiksa (dipukul) hingga kiamat tiba, yakni sebagaimana penggalam arti do’a Talqin berikut :
“………..
Kalau datang kepadamu dua dan kepada kawan-kawanmu yang sama dengan kamu dari umat Nabi Muhammad SAW, maka janganlah engkau terkejut dan takut karena keduanya adalah makhluk Allah serupa kamu juga. Kalau mereka sudah datang dan mereka dudukkan engkau dan mereka bertanya siapa Tuhan engkau, apa Agama engkau , siapa Nabi engkau, apa I’tikad engkau, dan apa yang engkau bawa mati, maka jawablah ; Allah Tuhanku. Kalau mereka bertanya lagi maka jawablah : Allah Tuhanku. Kalau mereka tanya yang ketiga kali, dan itulah kesudahan yang baik, maka jawablah dengan suara lantang, tidak takut dan gelisah : Tuhanku Allah, Islam agamaku, Muhammad Nabiku, AlQuran imamku, Ka’bah qiblatku, Sembahyang kewajibanku, kaum muslimin saudaraku, Nabi Ibrahim bapakku dan aku hidup dan mati diatas kalimah “Laaa IlaaHa Illal Lah, Muhammadur Rasulullah.
………..”
Demikian pertanyaan yang diajukan malaikat kepada hamba Allah yang telah memasuki alam kubur, dan telah ditinggal semua penunggu (pengantar) nya. Maka barang siapa berhasil lulus dari ujian itu, malaikat akan menidurkan kembali dan menunjukkan tempatnya kelak. Tapi sebaliknya, siapa yang ketika dia ditanya, dan jawabannya “Tidak Tahu”, maka pukulan demi pukulan akan senantiasa menghantam diantara dua telinganya, hingga hari kiamat datang.

Talqin yang percuma
Tidak semua talqin bermanfaat bagi manusia yang telah meninggal. Adakalanya talqin itu menjadi isapan jempol balaka. Alias tidak berguna bagi orang yang meninggal, kendati telah diucapkan jawaban, atas soal-soal yang akan disampaikan.
Kegagalan talqin macam itu, akan dialami oleh orang-orang yang selama hidup senantiasa barbuat zalim, menanam dosa dan selalu mengingkari Allah SWT. Bagi orang-orang demikian, talqin tidak akan berfungsi. Dan jawaban yagn disampaikan oleh pengucap talqin, tidak akan masuk dalam ruh, orang yang meninggal.
Dia hanya bisa mendengar apa yang disampaikan oleh sang penalqin, tapi tidak sanggup merekuntruksi ulang, apa yang sebenarnya disampaikan oleh penalqin. Sehingga, ketika dua utusan Allah datang kepadanya, maka dia tidak sanggup mengucapkan seperti yang telah disampaikan kepadanya.
Tetep saja dia tidak sanggup menjawab pertanyaan malaikat (Mungkar dan Nakir). Bahkan dalam suatu cerita disebutkan, orang yang senantiasa berbuat dosa, maka ketika dia diuji oleh malaikat, niscaya dia akan menjawabnya dengan apa yang ia pedomani selama di dunia (non Al Quran).

Tuesday, July 28, 2009

AGAMA DAN WANITA

KETIKA AGAMA MEMFRASEKAN KEDUDUKAN PEREMPUAN
Perempuan selalu asyik untuk diperbincangkan. Kaum hawa selalu menjadi subyak keindahan. Tapi sudah saatnya semua yang ada sebagai insani, harus menyadari bahwa keindahan wanita, tidak dibarengai dengan sebuah kedudukan atau equelity.
Bentuk penindasan masih begitu lekat sampai sekarang. Jadi sepertinya sudah menjadi keharusan, jika kaum feminis harus menjadi manusia kedua setelah laki-laki. Penindasan itu sering dan nampak terjadi, exploitasi, pemerkosaan kedudukan hak dan persamaan yang lainnya masih begitu tumbuh subur.
Namun saatnya kita tanyakan tentang diskripsinya lewat agama. Mengapa sampai saat ini perempuan masih tertindas hak-haknya ? Dan bagaimana jika di dunia ini hanya terdapat kaum laki-laki saja atau sebaliknya kaum perempuan saja. Dan bagaimana pula jika Tuhan hanya menciptakan satu makluk tanpa adanya pasangan ?
Hakikat manusia dalam penciptaanya mempunyai drajat yang begitu sama, yakni sama dalam artian kodratinya, namun dalam jarak bentangan waktu, kedudukan tersebut terdegardasi dan berubah menjadi sebuah penindasan, layaknya yang kuat menindas yang lemah, itulah yang sudah terjadi.
Tuhan menciptakan makluknya dengan saling berpasang-pasangan. Ada siang ada malam, ada kaya ada miskin, begitu juga ada laki-laki juga ada perempuan. Tidak mungkin Tuhan menciptakan makluk tanpa adanya pasangan. Karena Dia dalam kitab-Nya telah berfiman, bahwa Dia akan menciptakan makhluknya secara berpasang-pasangan.
Tuhan Maha Adil. Tuhan tak akan menciptakan sesuatu yang sia-sia di dunia ini. Begitu juga kita sebagai manusia. Manusia diciptakan di dunia ini bukan hanya sebagai pengisi bumi ini. Akan tetapi mempunyai tugas yang manusia itu sendiri tidak boleh melalaikan tugas tersebut. Kita harus ingat bahwa tugas yang utama dari manusia adalah ibadah.
Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan dengan berbagai persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan. Dengan keadaan itulah mereka dapat saling melengkapi. Pada dasarnya manusia merupakan percampuran dari dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan. Tidak ada orang yang seratus persen laki-laki atau seratus persen perempuan.
Artinya perempuan mempunyai unsur sifat laki-laki begitu pula laki-laki mempunyai unsur sifat perempuan. Pernahkah anda melihat seorang laki-laki yang berperilaku lemah lembut layaknya seorang perempuan? Dan pernahkah pula anda melihat seorang perempuan yang bertingkah laku tegap dan kekar layaknya seorang laki-laki. Itulah bukti konkret bahwa manusia percampuran antara laki-laki dan perempuan. Hanya saja pada tubuh seorang laki-laki mempunyai kandungan hormon laki-laki yang lebih banyak dari pada hormon perempuan, begitu pula pada tubuh seorang perempuan mempunyai kandungan hormon perempuan yang lebih banyak dari pada hormon laki-laki.
Manusia merupakan unsur gabungan atau percampuran dari laki-laki dan perempuan. Namun kita tidak bisa memungkiri bahwa antara laki-laki dan perempuan tetap berbeda. Laki-laki identik dengan penampilan yang kuat, tegap, kokoh dan kekar serta memiliki fisik yang lebih kuat dari pada perempuan sedangkan perempuan sebagai sosok yang lemah lembut dan selalu membutuhkan perlindungan. Itulah sebabnya tugas laki-laki melindungi dan mengayomi kaum perempuan. Akan tetapi kita sebagai perempuan bukan berarti harus selalu lemah dan selalu berada dalam naungan dan perlindungan laki-laki. Perempuan juga mempunyai peranan yang sangat penting, selain itu perempuan juga mempunyai kelebihan yang tidak bisa dilakukan oleh laki-laki, diantaranya adalah hamil dan menyusui.
Dalam kehidupan berumah tangga perempuan laksana perhiasan yang harus selalu menjaga kindahan dan kemurniaannya. Untuk itu perempuan harus selalu berpenampilan baik, rapi dan sopan. Namun kalau kita lihat dimasa sekarang banyak sekali perempuan-perempuan yang memakai pakaian yang terlalu vulgar agar tampak seksi. Cara berpakaian mereka sangatlah tidak sesuai dengan etika dan ajaran agama. Tampaknya pakaian sudah tidak difunsikan sebagai penutup aurat sebagaimana yang diajarkan oleh agama, melainkansebagai sarana pemicu kemaksiatan. Banyak sekali mode pakaian yang dirancang dengan tujuan untuk menonjolkan bagian-bagian tertentu, padahal bagian tersebut seharusnya ditutupi, bukan sebaliknya malah dipamerkan atau dipertontonkan dengan tujuan mencari sensasi dan menarik perhatian orang lain.Tampaknya mayoritas bangsa lebih cenderung mengikuti budaya barat tanpa menghiraukan peraturan dan ajaran agama. Kalau demikian faktanya maka kehormatan dan kemurnian perempuan akan terkoyak.
Pernahkah anda berfikir mengapa Tuhan menciptakan manusia dari jenis laki-laki dan perempuan? Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan pasti dengan adanya alasan tertentu laki-laki diciptakan didunia ini adalah dengan tujuan untuk mewakili keperkasaan Tuhan, oleh sebab itu laki-laki diciptakan dengan kondisi tubuh yang kuat, kokoh, kekar dan perkasa.Sedangkan perempuan diciptakan dengan tujuan untuk mewakili kelembutan Tuhan, itulah mengapa perempuan identik dengan penampilan yang lemah lembut. Hal tersebut merupakan sebuah kodrat yang tak bisa kita pungkiri.
Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makluk yang paling terhormat dan termulya. Tahukah kalian mengapa manusia menyandang predikat sebagai makluk yang paling mulya padahal manusia tercipta dari tanah dan setetes air hina (sperma). Hal tersebut adalah karena manusia dikaruniai sebuah akal yang tidak dimiliki oleh makluk ciptaan Tuhan yang lain. Dengan akal itulah manusia dapat berfikir dengan menggunakan nalar. Dengan akal tersebut pula manusia mempunyai rasa malu, rasa ingin tahu, dan rasa ingin mengembangkan diri.
Secara logika laki-laki diciptakan lebih kuat dari pada perempuan.Selain dalam hal kekuatan fisik, dalam hal berfikir dan kecanggian otak / IQ laki-laki sebenarnya lebih tinggi dari pada perempuan. []

WAH

WAH ....

“Malu bertanya sesat di jalan”. Petuah ini memang cocok, untuk menggambarkan betapa pentingnya nilai atau budaya bertanya. Suatu kebiasaan yang harus senantiasa dipegang oleh para pelajar, difahami dan dipraktekkan, demi mendapat suatu kemapanan keilmuan. Sehingga sebagai subyek, tidak hanya mengamini apa yang disampaikan oleh guru atau fasilitator, sembari datang, duduk, diam dan ngewe. Tapi bisa menyaring segala informasi yang disampaikan oleh mereka.
Kendati demikian, kebudayaan bertanya, lebih-lebih Discus, masih begitu kolotnya diterapkan di lingkungan pendidikan. Rancang tanya jawab, dengan mempertemukan opini, dengan membeberkan data dan relita yang terjadi, masih menjadi beban, yang terasa berat dipikul. Padahal, manfaat yang diperoleh dari diskusi, sangat besar, bagi pengendapan knowladge dan infomasi, dalam serabut sensorik manusia. Sehingga informasi yang ada, akan dengan mudah tersimpan, sekaligus mudah diputar kembali, bila dibutuhkan.
Merekonstruksi diskusi, lebih pakemnya kita berjalan-jalan bersama Syekh Az Zarnuji, tokoh sekaligus pengarang ilmu Ta’limul Muta’allim, yang menjadi pedoman belajar bagi para pelajar.
Menempuh pendidikan, diwajibkan bagi setiap insani. Yakni memasukkan informasi dari dunia. Sistem penyimpanan informasi pun tidak semudah kita menyimpan uang di bank, yang dapat disimpan dan diambil setiap saat. Ada kalanya suatu informasi yang telah mantap difahami dan disimpan pada durasi waktu tertentu, tapi selanjutnya ketika kita hendak membuka kembali informasi itu, kita mengalami kesulitan, sehingga informasi itu hilang, dan kita selangkah mundur. Karena telah kecolongan satu informasi.
Untuk itu, perlu suatu strategi yang sanggup menyimpan, demikian juga sanggup pula merekonstruksi informasi itu, bila dibutuhkan. Menyiasati hal itu Az Zarnuji punya trik khusus, sehingga informasi atau ilmu yang telah masuk, bisa terkunci kuat dalam ingatan, plus kita sanggup membuka kembali. Trik itu yakni “Diskusi”. Ya diskusi sebagai Key (kunci)-nya.
“Almudzakaroti wal munadloroti” atau penalaran dan saling tukar pikiran, merupakan suatu kunci dalam menyimpan informasi. Mengapa..? Karena manfaat dari diskusi atau perdebatan, yang disertai hati, fikiran dan I’tikad baik, jernih dan penuh penalaran, sanggup menelorkan hasil yang lebih kuat daripada faedah mengulang-ulang materi.
Hal itu terjadi, karena kala diskusi dikumandangkan, maka tanpa komando dari manapun, audient harus turut serta menyumbangkan buah fikiran, turut berfikir, mengingat dan merenung, kalau ia memang benar-benar mau merasakan buahnya diskusi. Apa saja itu ?
Pertama, peserta diskusi harus latihan memahami suatu topik. Artinya, dia harus mempunyai kemampuan menyaring apa tema yang sedang diangkat pada saat diskusi dibeberkan. Makanya, peserta tidak boleh njelantur, atau asal ngomong tampa tahu benar permasalahan. Ia harus tahu dulu, baru beropini.
Kedua, sebanyak mungkin mengumpulkan literatur. “Iqro’..”, mutlak harus dibudayakan. Semakin banyak inforamasi yang didapat dari literatur, memahami dan merenungkan, maka semakin kuat pijakan atau pengetahuan dalam memaparkan suatu usulan. Sehingga bahaya-bahaya orang yang tidak waras cara fikirnya (suka menjegal), dapat dihindari. Dan untuk semakin memperkuat kedudukan, maka bumbuh berupa informasi-informasi dari segala sumber, seperti tokoh-tokoh penting, dari infotainmen-infotainmen yang beredar di lingkungan, baik TV ataupun lainnya, juga diperlukan. Alhasil apa yang kita disampaikan, punya alasan dan ruang yang kuat. Makanya Az Zarnuji menyebutkan, diskusi selain dapat mengulang ilmu yang telah ada, juga dapat memperoleh ilmu baru yang belum diketahui. Mengulang berarti, merekonstruksi informasi yang didapat dari berbagai sumber, menambah ilmu yang belum diketahui yakni, mengadu ilmu kita dengan rekan yang lain, sehingga dapat menghasilkan ilmu-ilmu baru, baik dari rekan atau dari diri kita sendiri, manakala sedang terjepit, sehingga spontanitas memunculkan strategi mempertahankan opini.
Ketiga, diskusi juga dapat melatih demokrasi, tidak diktator, melatih keberanian dan kelihaian berbicara atau mengusulkan ide pada publik, dan dapat melatih untuk menerima usulan dari publik (terbuka). Buah diskusi, melatih oran-orang yang yang biasa diskusi senantiasa berembuk, dan asal-asalan menentukan keputusan tanpa pertimbangan dari segala aspek. Sehingga jalan fikirannya lebih panjang, plus tidak egois.
Diskusi dengan bantah-bantahan, juga harus menjaga dari sikap menjegal, marah, memulas, berbelit-belit dan mereka-reka. Pasalnya, diskusi yang disertai hati yang tidak lurus demikian, tidak akan mempu menerobos makna dari diskusi sendiri. Yakni untuk memperoleh kebenaran umum, dan tidak akan dapat memperoleh manfaat dan faedah diskusi. Padahal diskusi satu jam yang disertai angan-angan, menurut Az Zarnuji lebih baik daripada mengulang-ulang pelajaran (ilmu) satu bulan. []

Tuesday, April 28, 2009

PE4NYAKIT HATI

P E N Y A K I T H A T I

Islam menjalaskan bahwa tubuh kita ini, terdiri atas dua unsur jasmani dan unsur rohani, unsur jasmani (jasad) dapat terlihat dan diketahui melalui mata, sedangkan unsur rohani hanya dapat diketahui oleh perasaan. Didalam satu hadist dikatakan bahwa di dalam tubuh seseorang terdapat segumpal daging, apabila daging ini baik, maka baiklah seluruh tubuh daging tersebut, yaitu hati.
Dari hadis menjalskan kita bahwa hati adalah sebagai unsur rohani yang perlu kita jaga agar tidak merusak seluruh tubuh kita. Ada beberapa penyakit hati yang harus kita hindari antara lain yaitu :

A. SIFAT IRI
Iri artinya tidak sedang orang lain memperoleh nikmat, biasanya sifat iri ini selalu dibarengi dengan sifat dengki, sifat iri dalam kehidupan sehari-hari ini sangat banyak sasarannya antara lain iri terhadap tetangga yang kaya, atau iri terhadap orang lain yang sukses dalam usaha dan sebagainya. Sifat iri ini sangat dicela dalam ajaran islam. Karena sifat iri sangat mengganggu ketentraman jiwa dan bahkan dapat menimbulkan pertengkaran satu dengan yang lain.
Oleh karena banyaknya akibat tidak baik yang ditimbulkan sifat iri ini, maka para siswa harus menghindari sifat iri, dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, keluarga dan masyarakat.

B. DENGKI
Dengki adalah salah satu sifat yang tidak terpuji, dan harus dihindari oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Arti dengki adalah perusaha menghilngkan nikmat yang telah diperoleh seseorang.
Artinya :
“Telah masuk ke dalam tubuhmu penyakit-penyakit umat dahulu, (yaitu) benci dan dengki, itulah yang membinasakan agama, bukan dengan mencukur rambut”. (H.R. Ahmad an Tarmizi)
Dari hadis di atas dapat diambil pemahaman bahwa hancurnya suatu agama sejak dahulu adalah disebabkan oleh timbulnya sifat benci dan dengki di antara para pemeluknya.
Apabila sifat dengki berkembang di sekolah maka akan menimbulkan kekacauan, kebohongan dan fitnah. Maka harus dihindari sifat dengki dan sombong, baik sombong karena orang tuanya kaya, mempunyai jabatan yang tinggi, dank arena merasa pintar sendiri.

C. HASUD
Dalam bahasa Arab hasud berarti dengki, tapi dalam kegiatannya hasud itu adalah tindak lanjut dari sifat dengki, sebagaimana dalam pelajaran yang lalu bahwa dengki itu adalah berusaha menghilangkan nikmat yang diperoleh seseorang. Menghilangkan nikmat tersebut bermacam-macam cara antara lain menghasud.
Dalam salah satu hadis Rosulullah SAW, bersabda :

Artinya :
“Jauhilah dirimu dari sifat dengki, karena sesungguhnya dengki itu memakan kebaikan, seperti api memakan kayu baker”. (H.R. Abu Daud)

D. FITNAH
Sifat yang lain yang dimurkakan oleh Allah SWT adalah sifat suka memfitnah. Memfitnah adalah sifat tercela yaitu haram hukumnya. Fitnah artinya menyiarkan (aib) seseorang kepada orang lain, padahal orang itu tidak pernah melakukannya. Fitnah ini adalah merupakan tindak lanjut dari sifat dengki.
Firman Allah SWT,

Artinya :
“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim”. (Q.S. Al Baqoroh 193).

Dari ayat diatas dapat diambil pelajaran bahwa fitnah adalah sangat keji, sehingga pada ayat lain dikatakan bahwa fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan.
Dalam salah satu hadis Rosulullah SAW, bersabda :

Artinya :
“tidak akan masuk surga orang yang suka menyebarkan fitnah”. (H. R. Bukhari)

Dari ayat dan hadis tersebut memberi pelajaran kepada kita bahwa memfitnah dan mengungkapkan aib orang adalah tercela dalam ajaran islam.

E. BURUK SANGKA
Agama islam adalah agama yang mensucikan manusia dari penyakir lahir dan batin, sedangkan buruk sangka adalah salah satu penyakit batin (hati) hukumnya adalah haram, dan dapat merusak pergaulan dalam bermasyarakat. Di dalam Al Qur’an surat Al Hujurat ayat 12 Allah SWT, berfirman yang artinya ialah :
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebahagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kami menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang”. (QS Al Hujurat 12)
Ayat di atas memberi pelajaran kepada kita bahwa Allah melarang orang-orang yang beriman agar menauhkan diri dari prasangka buruk terhadap orang mukmin, apabila mendengar pembicaraan seorang mukmin, maka harus ditanggapi dengan baik dan jangan salah paham apalagi menyelewengkannya sehingga menimbulkan prasangka buruk.
Di dalam salah satu hadist Rosulullah SAW, bersabda :
Artinya :
“Hati-hatilah kamu terhadap prasangka, karena sesungguhnya prasangka itu paling dustanya perkataan”. (HR Muslim).

Dari hadis ini memberi pelajaran kepada kita semua bahwa banyak terjadi prasangka dalam bermasyarakat karena sikap buruk sangka, kadang-kadang masalah kecil bisa menjadi besar, sehingga timbul rasa dengki dan dendamnya yang berkepanjangan oleh sebab itu setiap orang yang ingin mendapat ridho Allah hendalkah selalu berprasangka baik.

F. KHIANAT
Sifat khianat adalah salah satu sifat tercela dalam ajaran Islam, sifat itu sangat dibenci dan bahkan diharamkan. Khianat artinya menyia-nyiakan kepercayaan orang, contohnya antara lain orang yang menyerahkan sesuatu yang perlu di jaga.
Dalam Al-Qur’an Surat Al Anfal ayat 27 dan 28 Allah berfirman :

Artinya :
Artinya :
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rosul (Muhammad( dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rosul (Muhammad( dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu sedang kamu mengetahui. Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah lah pahala yang besar”.
Ayat tersebut memberi pelajaran bahwa Allah menyerukan kaum muslim agar tidak mengkhianati Allah dan RasulNya dengan cara mengabaikan kewajiban dan melakukan laranganNya.
Di dalam Al-Qur’an dan hadis secara garis besar telah ada aturan yang harus di taati oleh masyarakat. Dan disekolah ada aturan yang mengatur kepentingan sekolah dan siswa tidak boleh dikhianati. Apabila dikhianati maka akan hilanglah kepercayaan dan merajalela kejahatan. Khianat adalah sifat orang yang munafik, maka para siswa harus menjauhi sifat khianat agar tidak terjangkit penyakit nifak yang akan mengikis habis iman.

Dalam salah satu hadis Rosulollah SAW, bersabda :
Artinya :
“Tunaikanlah amanah kepada orang yang mempertaruhkan kepada engkau dan janganlah engkau mengkhianati orang yang mengkhianati”. (HR. Ashabus Sunan)

Dari hadis di atas memberi gambaran kepada kita betapa pentingnya menunaikan amanat, baik amanah dari Allah dan Rosull-Nya maupun amanah di antara sesamanya.
Oleh sebab itu seorang siswa harus menghindari sifat khianat, agar ketentraman di sekolah dapat terlaksana dengan baik.

Friday, February 13, 2009

Valentine

ADA APA DENGAN VALENTINE
Hari Valentine (bahasa Inggris: Valentine's Day), pada tanggal 14 Februari adalah sebuah hari di mana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya di Dunia Barat. Asal-muasalnya yang gelap sebagai sebuah hari raya Katolik Roma didiskusikan di artikel Santo Valentinus. Beberapa pembaca mungkin ingin membaca entri Valentinius pula. Hari raya ini tidak mungkin diasosiasikan dengan cinta yang romantis sebelum akhir Abad Pertengahan ketika konsep-konsep macam ini diciptakan.
Hari raya ini sekarang terutama diasosiasikan dengan para pencinta yang saling bertukaran notisi-notisi dalam bentuk "valentines". Simbol modern Valentine antara lain termasuk sebuah kartu berbentuk hati dan gambar sebuah Cupido (Inggris: cupid) bersayap. Mulai abad ke-19, tradisi penulisan notisi pernyataan cinta mengawali produksi kartu ucapan secara massal. The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) memperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar satu milyar kartu valentine dikirimkan per tahun. Hal ini membuat hari raya ini merupakan hari raya terbesar kedua setelah Natal di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama ini juga memperkirakan bahwa para wanitalah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kartu valentine.
Di Amerika Serikat mulai pada paruh kedua abad ke-20, tradisi bertukaran kartu diperluas dan termasuk pula pemberian segala macam hadiah, biasanya oleh pria kepada wanita. Hadiah-hadiahnya biasa berupa bunga mawar dan cokelat. Mulai tahun 1980-an, industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan perhiasan.
Sebuah kencan pada hari Valentine seringkali dianggap bahwa pasangan yang sedang kencan terlibat dalam sebuah relasi serius. Sebenarnya valentine itu Merupakan hari Percintaan, bukan hanya kepada Pacar ataupun kekasih, Valentine merupakan hari terbesar dalam soal Percintaan dan bukan berarti selain valentine tidak merasakan cinta.
Di Amerika Serikat hari raya ini lalu diasosiasikan dengan ucapan umum cinta platonik "Happy Valentine's", yang bisa diucapkan oleh pria kepada teman wanita mereka, ataupun, teman pria kepada teman prianya dan teman wanita kepada teman wanitanya
VALENTINE DIMATA ISLAM

Perayaan Valentine’s Say adalah Bagian dari Syiar Agama Nasrani
Valentine’s Day menurut literatur ilmiyah yang kita dapat menunjukkan bahwa perayaan itu bagian dari simbol agama Nasrani.
Bahkan kalau mau dirunut ke belakang, sejarahnya berasal ari upacara ritual agama Romawi kuno. Adalah Paus Gelasius I pada tahun 496 yang memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya baru yang bernama Valentine’s Day.
The Encyclopedia Britania, vol. 12, sub judul: Chistianity, menuliskan penjelasan sebagai berikut: “Agar lebih mendekatkan lagi kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Encylopedia 1998).
Keterangan seperti ini bukan keterangan yang mengada-ada, sebab rujukannya bersumber dari kalangan barat sendiri. Dan keterangan ini menjelaskan kepada kita, bahwa perayaan hari valentine itu berasal dari ritual agama Nasrani secara resmi. Dan sumber utamanya berasal dari ritual Romawi kuno. Sementara di dalam tatanan aqidah Islam, seorang muslim diharamkan ikut merayakan hari besar pemeluk agama lain, baik agama Nasrani ataupun agama paganis (penyembah berhala) dari Romawi kuno.
Katakanlah: “Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 1-6)
Kalau dibanding dengan perayaan natal, sebenarnya nyaris tidak ada bedanya. Natal dan Valentine sama-sama sebuah ritual agama milik umat Kristiani. Sehingga seharusnya pihak MUI pun mengharamkan perayaan Valentine ini sebagaimana haramnya pelaksanaan Natal bersama. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang haramnya umat Islam ikut menghadiri perayaan Natal masih jelas dan tetap berlaku hingga kini. Maka seharusnya juga ada fatwa yang mengharamkan perayaan valentine khusus buat umat Islam.
Mengingat bahwa masalah ini bukan semata-mata budaya, melainkan terkait dengan masalah aqidah, di mana umat Islam diharamkan merayakan ritual agama dan hari besar agama lain.
Valentine Berasal dari Budaya Syirik.
Ken Swiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan, “Kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”. Kata ini ditunjukan kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi”.
Disadari atau tidak ketika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Icon si “Cupid (bayi bersayap dengan panah)” itu adalah putra Nimrod “the hunter” dewa matahari.
Disebut tuhan cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri. Islam mengharamkan segala hal yang berbau syirik, seperti kepercayaan adanya dewa dan dewi. Dewa cinta yang sering disebut-sebut sebagai dewa Amor, adalah cerminan aqidah syirik yang di dalam Islam harus ditinggalkan jauh-jauh. Padahal atribut dan aksesoris hari valentine sulit dilepaskan dari urusan dewa cinta ini.
Walhasil, semangat Valentine ini tidak lain adalah semangat yang bertabur dengan simbol-simbol syirik yang hanya akan membawa pelakunya masuk neraka, naudzu billahi min zalik.
Semangat valentine adalah Semangat Berzina
Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran sikap dan semangat. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, petting bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang, bukan nafsu libido biasa.
Bahkan tidak sedikit para orang tua yang merelakan dan memaklumi putera-puteri mereka saling melampiaskan nafsu biologis dengan teman lawan jenis mereka, hanya semata-mata karena beranggapan bahwa hari Valentine itu adalah hari khusus untuk mengungkapkan kasih sayang.
Padahal kasih sayang yang dimaksud adalah zina yang diharamkan. Orang barat memang tidak bisa membedakan antara cinta dan zina. Ungkapan make love yang artinya bercinta, seharusnya sedekar cinta yang terkait dengan perasan dan hati, tetapi setiap kita tahu bahwa makna make love atau bercinta adalah melakukan hubungan kelamin alias zina. Istilah dalam bahasa Indonesia pun mengalami distorsi parah.
Misalnya, istilah penjaja cinta. Bukankah penjaja cinta tidak lain adalah kata lain dari pelacur atau menjaja kenikmatan seks?
Di dalam syair lagu romantis barat yang juga melanda begitu banyak lagu pop di negeri ini, ungkapan make love ini bertaburan di sana sini. Buat orang barat, berzina memang salah satu bentuk pengungkapan rasa kasih sayang. Bahkan berzina di sana merupakan hak asasi yang dilindungi undang-undang.
Bahkan para orang tua pun tidak punya hak untuk menghalangi anak-anak mereka dari berzina dengan teman-temannya. Di barat, zina dilakukan oleh siapa saja, tidak selalu Allah SWT berfirman tentang zina, bahwa perbuatan itu bukan hanya dilarang, bahkan sekedar mendekatinya pun diharamkan.
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS Al-Isra’: 32)
Diambil Dari Berbagai sumber

Sunday, February 1, 2009

MELEJITKAN POTENSI DIRI MELALUI ESQ

MELEJITKAN POTENSI DIRI MELALUI ESQ


Paradigma kehidupan dalam realitanya, menyisakan ruang yang memungkinkan terjadinya interaksi bilateral. Adanya baik-buruk, senang-sedih, kaya-miskin, memberi peluang besar bagi terwujudnya dinamisasi. Sudah pula menjadi hukum alam bahwa hidup bagaikan roda yang berputar dalam siklus tersendiri. Fluktuatifnya keimanan manusia, semakin menunjukkan bahwa keseluruhan proses hidup merupakan dinamika tersendiri.
IQ, EQ & SQ bisa digunakan dalam mengambil keputusan tentang hidup kita. Seperti yang kita alami setiap hari, keputusan yang kita buat berasal dari proses;
1. merumuskan keputusan
2. menjalankan keputusan otak eksekusi
3. menyikapi hasil pelaksanaan keputusan
Rumusan keputusan itu seyogyanya pada fakta yang kita temukan dan realitanya bukan berdasarkan pada kebiasaan pribadi suka atau tidak suka. Kita bisa menggunakan IQ yang menonjolkan kemampuan logika berfikir untuk menemukan fakta obyektif, akurat untuk memprediksi resiko, melihat konsekuensi dan setiap pilihan keputusan yang ada.
Rencana keputusan yang hendak kita ambil hasil dari penyaringan logika juga tidak begitu saja diterapkan semata-mata demi kepentingan dan keuntungan diri kita sendiri. Bagaimanapun, kita hidup bersama atau fungsi kita sebagai makhluk sosial dan dalam proses interaksi yang konstan dengan orang lain. Oleh sebab itu, salah satu kemampuan EQ yaitu kemampuan memahami (empati) kebutuhan dan perasaan orang lain menjadi faktor penting dalam menimbang dan memutuskan. Dalam penerapannya, kecerdasan emosi itu sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati (kegembiraan, kesedihan, kemarahan, dll) dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan mampu mengendalikan stress.
Kecerdasan emosi akan menunjuk kepada suatu kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain, kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri dan menata dengan baik emosi-emosi yang muncul dalam dirinya dan dalam berhubungan dengan orang lain. Sehingga tidak salah jika para ahli ilmu jiwa mengatakan bahwa kecerdasan kognitif (IQ) itu hanya mempunyai peran 20% dalam keberhasilan hidup manusia, sedangkan sisannya yaitu 80% akan ditentukan oleh faktor-faktor lain, termasuk di dalamnya faktor yang terpenting adalah kecerdasan emosi (EQ). Bahkan Goleman menyebutkan bahwa kecerdasnan kognitif itu hanya mempunyai peran kedua setelah kecerdasan emosi dalam menentukan puncak prestasi dalam pekerjaan seseorang.
Kecerdasan emosi memiliki lima unsur pokok yang dibagi dua unsur kecakapan yang harus dibangkitkan secara optimal :
1. Kecakapan Pribadi (Personal Competence) yang meliputi;
a. Kesadaran Diri (Self – Awareness), mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusaan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Adapun unsur kesadaran diri yang harus diketahui adalah: a). Kesadaran emosi (emotional awareness), yaitu mengenali emosi diri sendiri dan efeknya. b). Penilaian diri secara teliti (accurate self-assessment), yaitu mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri. c). Percaya diri ( self confidence), yaitu keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri.

b. Pengaturan Diri (Self Regulation), yaitu menangani emosi kita sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas; peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran; mampu segera pulih kembali dari tekanan emosi. Upaya pengaturan diri ini akan optimal jika didukung oleh : a). Kendali diri (Self Control), yaitu mampu mengelola emosi-emosi dan desakan-desakan hati yang merusak. b). Sifat dapat dipercaya (Trustworthiness), yaitu kemampuan untuk memelihara norma kejujuran dan integritas. c). Kehati-hatian (Conscientiousness), adalah bertanggung jawab atas kinerja pribadi, tidak menyalahkan orang lain. d). Adaptabilitas (Adaptability), yaitu keluwesan dalam menghadapi perubahan, tidak kaku atau bisa menerima perubahan positif. e). Inovasi (Innovation), yaitu mudah menerima perubahan dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan, dan informasi-informasi baru.

c. Motivasi (Motivation), adalah menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, membantu kita mengambl inisiatif dan bertidak sangat efektif,serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. Ada empat kemampuan motivasi yang umumnya dimiliki seseorang, diantaranya adalah : a). Dorongan berprestasi, yaitu dorongan untuk meningkatkan kemampuan untuk memenuhi standard keunggulan. b). Komitmen, menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau lembaga. c). Inisiatif, adalah kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan. d). Optimisme, adalah kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada beberapa halangan dan suatu ketika kemungkinan kegagalan.

2. Kecakapan Sosial (Social Competence) yang meliputi;
a) Empati (Empathy), adalah merasakan yang dirasakan orang lan, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang. Empati ada tiga macam: 1) Empati kognitif; mengetahui emosi atau suasana hati orang lain. 2) Empati partisipatoris; masuk ke dalam pengalaman subyektif orang lain. 3) Empati afektif; melakukan sesuatu seolah-olah ia berada dalam posisi orang itu : Membangkitkan “emosi” orang lain/memberikan alternative yang lebih baik.
Ciri-ciri empati:
• Ikut merasakan (sharing feeling), kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain.
• Dibangun berdasarkan kesadaran diri.
• Peka terhadap bahasa isyarat.
• Mengambil peran atau prilaku konkrit (role taking).
• Kontrol emosi, menyadari dirinya sedang berempati, tidak larut.
b) Ketrampilan Sosial (Social Skill), adalah memahami emosi dengan baik, baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan social; berinteraksi dengan lancar; menggunakan ketrampilan-ketrampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, serta untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim. Ada delapan masalah utama yang dihadapi dalam hubungan yaitu:
- Egoisme dan konfrontasi
- Tidak adanya kasih sayang dan kelembutan
- Tidak adanya rasa hormat dan saling menolong
- Mementingkan kepentingan sendiri
- Tidak adanya keseimbangan antara berbicara dan mendengarkan
- Tidak mengenal kompromi dan mengabaikan kesalahan
- Perasaan tertekan secara emosional
- Kepincangan antara harapan pibadi dan karier.
Untuk membangun hubungan sosial yang harmonis hendaknya memperhatikan dua hal . Pertama, citra diri, maksudnya mempersiapkan diri untuk membangun hubungan sosial. Kedua, kemampuan komunikasi, yakni keberhasilan untuk menjalin hubungan antar personal.

Menelaah jauh sebelum istilah kecerdasan spiritual (SQ) dipopulerkan pada tahun 1938. Frankl telah mengembangkan pemikiran tentang upaya pemaknaan hidup. Dikemukakannya, bahwa makna atau logo hidup harus dicari oleh manusia, yang didalamnya terkandung nilai-nilai: (1) nilai kreatif, (2) nilai pengalaman dan (3) nilai sikap. Makna hidup yang diperoleh manusia akan menjadikan dirinya menjadi seseorang yang memiliki kebebasan rohani yakni suatu kebebasan manusia dari godaan nafsu, keserakahan dan lingkungan yang penuh persaingan dan konflik. Untuk menunjang kebebasan rohani itu dituntut tanggung jawab terhadap Tuhan, diri dan manusia lainnya. Menjadi manusia adalah kesadaran dan tanggung jawab (Sofyan S. Willis).
Kitapun sering menjumpai kenyataan, bahwa faktor Human Touch, turut mempengaruhi penerimaan atau penolakan seseorang terhadap kita (perlakuan kita, ide-ide atau bahkan bantuan yang kita tawarkan kepada mereka). Salah satu contoh konkret di Indonesia, budaya “kekeluargaan” sangat kental mendominasi dan mempengaruhi perjanjian bisnis, atau bahkan penyelesaian konflik.
Penelitian yang dilakukan Neuropsikolog Michael Pessinger di awal tahun 1990-an, Neurolog V.S. Ramachandran bersama timnya di Universitas California, telah menemukan keberadaan "titik Tuhan" (God spot) dalam lobus temporal pada otak manusia. Titik Tuhan itu merupakan pusat spiritual setiap insane. Keberadaan "Titik Tuhan" menunjukkan bahwa otak telah berkembang untuk menanyakan "pertanyaan-pertanyaan pokok", untuk memiliki dan menggunakan kepekaan terhadap makna dan nilai yang lebih luas.
"Kehadiran" Tuhan di otak merupakan suatu hal yang sangat menarik. Bukan saja karena otak adalah CPU (Central Processing Unit)-nya manusia, melainkan juga karena isi dan fungsi otak merupakan pembentuk sejarah hidup pemiliknya maupun sejarah kehidupan itu sendiri. Ada tiga fungsi yang diperankan oleh otak dan membuatnya berbeda dengan yang lain: (1) fungsi emosi, (2) fungsi rasional, dan (3) fungsi spiritual.
Terkait dengan fungsi yang ketiga, yaitu mencakup hal-hal yang bersifat supernatural dan religius. Fungsi ini hendak menegaskan bahwa keberadaan Tuhan adalah sesuatu yang sesungguhnya tidak perlu dipermasalahkan. Keberadaan Tuhan ditampakkan dalam kesempurnaan jalinan dan jaringan saraf manusia.
Kecerdasan Spiritual atau Spiritual Quotient (SQ), yang secara biologis dibuktikan dengan keberadaan "titik Tuhan" dalam struktur otak manusia, adalah kecerdasan yang berkaitan dengan hal-hal transenden, hal-hal yang mengatasi waktu dan ruang. Ia melampaui kekinian dan pengalaman manusia. Ia adalah bagian terdalam dan terpenting dari manusia. Ia menjadikan manusia cerdas secara spiritual dalam beragama. Ia juga membawa kita ke jantung segala sesuatu, ke kesatuan di balik perbedaan, ke potensi di balik ekspresi nyata. SQ mampu menghubungkan kita dengan makna dan ruh esensial dalam agama. Seseorang yang memiliki SQ yang tinggi mampu menjalankan ajaran agamanya secara optimal dan maksimal, namun tidak secara picik, eksklusif, fanatic, atau prasangka.
Optimalisasi otak spiritual juga dapat membuat seseorang cerdas secara utuh. Paling tidak, terdapat tiga komponen hidup yang lahir dari optimalisasi itu yaitu (1) kejernihan berpikir secara rasional, (2) kecakapan emosi, dan (3) ketenangan hidup. Ketenangan hidup merupakan hasil akhir yang paling tinggi nialinya dari otak spiritual. Sebab kecerdasan rasional dan kecakapan emosi tidak akan berarti apa-apa bila seseorang tidak memiliki ketenangan hidup. Melatih otak terus menerus dan membiasakannya untuk merenung akan membuat hati tenang dan bercahaya. Kecemasan dan ketegangan dapat dihilangkan dengan membiarkan otak menemukan dimensi spiritual yang dimilikinya.
Beberapa kegiatan yang dapat mengoptimalkan kecerdasan spitual antara lain;
1. Melihat secara utuh. Mana yang disebut mata batin? Jika mata lahir memiliki jalur saraf dan pusat penglihatan di otak, apakah demikian juga mata batin? Jawabannya, ya. Mata batin memiliki pusat di otak spiritual. Otak spiritual memadukan semua informasi yang diserap. Jika pohon yang dilihat, yang tampak adalah kepaduan dan kesatuan seluruh bagiannya. Melihat dengan mata batin berarti melihat secara utuh. Pengaktifan mata batin dan otak spiritual akan menghilangkan pikiran-pikiran fragmentaris.
2. Melihat di balik penampilan objektif. Melihat dengan mata batin juga berarti melihat sesuatu dibalik penampakan fisik objektif merupakan fakta yang tidak ditolak oleh mata batin. Jika seseorang melihat pohon, yang tampak adalah pohon dan segala kehidupan yang ada "di balik" pohon tersebut.
3. Luangkan waktu jeda 10 menit setiap hari.
Tubuh fisik manusia sebenarnya tidak pernah beristirahat. Tidur tidak berarti organ tubuh maupun sel-sel tubuh beristirahat. Otak bahkan bekerja lebih aktif dalam mengonsolidasikan informasi justru ketika orang sedang tidur. Luangkan waktu jeda dari kepenatan pekerjaan sehari-hari untuk men-charger otak spiritual. Berdiam diri di dalam kamar/musholla, berdzikir kepada yang khaliq dan bertafokur secara mendalam.

Sebagai pribadi, salah satu tugas besar kita dalam hidup ini adalah berusaha mengembangkan segenap potensi (fitrah) kemanusiaan yang kita miliki, melalui upaya belajar (learning to do), learning to know (IQ), learning to be (SQ), dan learning to life together (EQ).
ESQ merupakan sebuah perangkat spiritual engineering dalam hal pengembangan karakter dan kepribadian berdasarkan nilai-nilai Rukun Iman, Rukun Islam dan Ihsan, yang pada akhirnya akan menghasilkan manusia unggul di sektor emosi dan spiritual, yang mampu mengeksplorasi dan menginternalisasi kekayaan ruhiah, fikriyah dan jasadiah dalam hidupnya. Melalui usaha yang terus-menerus maka terbentuklah pemahaman, visi, sikap terbuka, integritas. Konsisten dan sifat kreatif yang didasari atas kesadaran diri yang sesuai dengan suara hati terdalam, yang pada akhirnya akan menjadikan Islam tidak sebatas agama spiritual namun juga “The Way of Life”.
Berikut ini adalah upaya-upaya yang bisa kita lakukan untuk menggali potensi diri kita yang sebelumnya sudah ada, melalui ESQ namun kita tidak menyadarinya :
1) Lahirnya alam bawah sadar yang jernih dan suci atau dengan suara hati yang terletak pada god spot yaitu kembali pada hati yang bersifat merdeka serta bebas dari belenggu. Tahap ini merupakan titik telaah dari sebuah kecerdasan spiritual.
2) Menjadikan suara hati sebagai landasan SQ dan dari sinilah awal kecerdasan spiritual ini mulai dibangun. Manusia disini memiliki nilai yang 1 ( satu ) bersifat universal dan ihsan (indah).
3) kesadaran diri (self conciorness ), yaitu tentang arti penting dimensi mental sehingga dapat melahirkan format EQ berdasarkan kesadaran spiritual serta sesuai dengan suara hati terdalam dari dalam diri manusia (self conscience ).
4) pengasahan hati yang dilakukan secara berurutan dan sangat sistematis berdasarkan rukun islam.
Untuk meraih kesuksesan hidup bukanlah hanya ditentukan oleh kecerdasan IQ saja, melainkan justru lebih ditentukan oleh faktor-faktor lain, terutama EQ dan SQ. [Info: berbagai sumber]

IQ, EQ & SQ

HUBUNGAN KERJA ANTARA IQ, EQ & SQ


Kecerdasan yang dimiliki manusia merupakan sejumlah potensi insani yang bisa membawa kita pada puncak keberhasilan. Sebagai manusia yang memiliki kecerdasan tersebut, faktanya kecerdasan kita hanya 42% yang dibawa dari lahir, sementara sisanya, 58% merupakan hasil dari proses belajar. Baik kecerdasan itu berupa IQ, EQ, SQ dan lain sebagainya. Namun dalam hingga saat ini kecerdasan yang masih dianggap berpengaruh penting dalam keberhasilan berupa Intellegent Quotient, Emotional Quotient dan Spiritual Quotient, atau kecerdasan otak, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual.
Kecerdasan otak mencakup unsur logis (matematika) dan linguistik (verbal atau bahasa). Kecerdasan emotional mencangkup unsur interpersonal dan intrapersonal. Sementara kecerdasan spiritual adalah bagaimana mengkhayati dan mengabdikan diri –beribadah- kepada khalik (sang pencipta).
Antara kecerdasan emosi (EQ), kecerdasan spiritual (SQ) dan kecerdasan intelektual (IQ) sangat berkaitan erat satu dengan yang lain. Maka hasilnya adalah IQ, EQ & SQ yang terintegrasi pada saat masalah datang maka radar hati bereaksi menangkap signal. Karena berorientasi pada materialisme maka emosi yang dihasilkan adalah emosi yang tidak terkendali, sehingga menghasilkan sikap-sikap sebagai berikut: marah, sedih, kesal dan takut. Akibat emosi yang tidak terkendali god spot menjadi terbelenggu atau suara hati tidak memiliki peluang untuk muncul. Bisikan suara hati inilah yang bersifat mulia tidak lagi bisa didengar dan menjadi tidak berfungsi, ini mengakibatkan ia tidak mampu berkolaborasi dengan piranti kecerdasan yang lain karena suara hati tertutup. Maka yang paling memegang peranan penting adalah emosi. Emosilah yang memberi perintah kepada sektor kecerdasan intelektual (IQ). IQ akan menghitung, tetapi berdasarkan dorongan kemarahan, kekecewaan, kesedihan, iri hati dan kedengkian. Bayangkanlah apa yang akan terjadi kemudian!!
Kasus lain, ketika masalah atau tantangan muncul radar lain langsung menangkap getaran signal. Ketika signal itu menyentuh dinding tauhid, kecerdasan tauhid mengendalikan emosi, hasilnya adalah emosi yang terkendali seperti rasa tenang dan damai. Dengan ketenangan emosi yang terkendali itu maka god spot atau pintu hati terbuka dan bekerja, terdengarlah bisikan-bisikan illahi yang mengajak kita kepada sifat-sifat keadilan, kasih sayang, kejujuran, tanggung jawab, kepedulian, kreativitas, komitmen, kebersamaan, perdamaian dan bisikan hati mulia lainnya. Berdasarkan bisikan dorongan mulia itulah potensi kecerdasan intelektualitas yang berlandaskan pada nilai-nilai keadilan, kejujuran dan tanggung jawab, lahirlah sebuah meta kecerdasan yaitu integrasi EQ, IQ & SQ.
Kemampuan untuk mengetahui banyak hal secara ilmiah, disebut kecerdasan intelektual. Sedangkan kapasilitas untuk mengembangkan interaksi sosial secara positif dan mendukung potensi insani lainnya disebut kecerdasan emotional. Dan jenis kecerdasan yang banyak berpengaruh atas prestasi spiritual seseorang yaitu kecerdasan spiritual.
Penggabungan antara kecerdasan spiritual dengan kecerdasan intelektual dalam berbagai hal akan melahirkan “idealisme” dalam diri yang dalam konstektualnya lebih benyak membentuk wilayah-wilayah individual (catra pribadi). Sedangkan penggabungan antara ketiga kecerdasan tersebut yakni intelektual-spiritual dan emosional memunculkan tipe-tipe kecerdasan baru hingga pencapaian kecerdasan dialektis.
Perlu diakui bahwa IQ, EQ & SQ adalah perangkat yang bekerja dalam satu kesatuan sistem yang saling terkait (interconnected) didalam diri kita, sehingga tidak mungkin juga kita pisah-pisahkan fungsinya. Berhubungan dengan orang lain tetap membutuhkan otak dan keyakinan sama halnya dengan keyakinan yang tetap membutuhkan otak dan perasaan. Seperti kata Thomas Jefferson atau Anthoni Robbins meskipun keputusan yang dibuat harus berdasarkan pengetahuan dan keyakinan sekuat batu karang, tetapi pada pelaksanaannya, perlu dijalankan se-fleksibel orang berenang. [Info: Berbagai Sumber]

Saturday, January 31, 2009

KELANGKAAN VIRGINITAS

KELANGKAAN VIRGINITAS DI KALANGAN PELAJAR

Pada budaya barat, pergaulan bebas atau free seks menjadi trend pada kalangan remaja, bahkan kini budaya tersebut berdampak ke Indonesia. Banyak faktor menyebabkan hal ini misalnya saja melalui beberapa meadia informasi, seperti TV dan Internet. Namun demikian, kita jangan menyalahkan faktor2 tersubut. Selain itu juga TV dan Internet bisa membawa dampak positif bukan hanya negatif saja.

Walaupun budaya free seks sudah mulai merambah dikalangan remaja. Namun secara umum masyarakat kita masih memegang erat budaya timur, teatapi terkadang banyak juga yang menyimpang. Seperti halnya peribahasa “karena nila setitik, rusak susu sebelanga.” Hanya karena satu malam, rusak masa depan yang menanti panjang di umur yang lebih tua. Tidakkah merekaberfikir bahwa yang dilakukan itu sama saja melanggar aturan agama.

Seks yang dilakukan diluar nikah ( pernikahan ) dianggap sebagai penyimpangan seksual. Namanya juga penyimpangan berarti bukan suatu hyal yang normal dan bisa di tolelir. Sebab bagaimanapun pemahaman remaja yang kehilangan virginitasnya tidak bearhenti pada polemik penting tidaknya keperawanan, melainkan belanjut pada persepsi negatif dirinya dan pandangan negatif orang lain terhadap diri remaja itu sendiri.

Harga mati !! itulah yangdikatakan seorang laki2 ketika ditanya bagaimana ia memandang virginitas seorang perempuan. Menurutnya, itumenjadi hal yang utama ketika ingin menikahi perempuan. Apakah ia masih perawan / tidak. Jika tidak, selamat tinggal !! sangat jauh dengan pendangan para kaum lelaki. Virginitas bisa menjadi sebuah barang mainan, bisa menjadi barang taruhan dan bisa menjadi sebuah hal yang tak lagi sakral nilainya. Penilaian masyarakat terhadap perilaku seks bebas, menjadi salah satu alasan, mengapa virginitas kehilangan nilai sakralnya. “wanita itu bak gelas” Apabila gelas itu pecah, maka tak bisa di perbaiki lagi. Oleh karena itu gelas tersebut harus dijaga sampai waktunya tiba.

Tentu saja dibeberapa kota besar di indonesia, beberapa laki2 tidak lagi memandang itu sebagai ukuran untuk menikahi perempuan, ya....pastinya karena sang lelaki tidak perjaka lagi. Banyak kasus yang terjadi, misalnya saja kasus aborsi yang terjadi di Indonesia mencapai angaka 2 juta ?? yang 750 ribu diantaranya belum menikah . ini menjadi gambaran bahwa perilaku seks bebas sangatlah tinggi, yang pastinay, ini pun menjadi gambaran bahwa angka perempuan yang tidak virgin lagi bisa mencapai lebih dari 750 ribu.

Dengan begitu dalam menghadapi remaja yang sulit untuk menghentikan kebiasaan seks pranikah perlu diadakan komunikasih berbicara dengan intonasi yang datar namun bersahabat dan tidak perlu juga menjauhkan diri dari remaja yang bermasalah. Bila mereka di jauhi, maka tidak ada prenyelesaian dan si remaja pun akan semakin terjerumus. Perlu diadakan komunikasi untuk mencegah agar remaja tidak melakukan seks bebas, yaitu :

1. tidak perlu kita terpesona dengan rayuan2 seanis madu yang sebenarnya adalah empedu.

2. tidak perlu kita merasa berhutang budi kepada siapapun dengan balasan bersebadan.

3. kalau kamu percaya pada agama yang kamu anuat, kehormatan keluargalah yang harus dijunjung.

4. jangan percaya pada teman2 yang mengajak untuk melakukan hubungan dengan mengatakan bahwa sebagian besar dari mereka sudah melakukannya.

5. jangan terpengaruh apabila temanmu mengejek kamu sebagai gadis kuno karna masih virgin, justru temanmu itulah yang tidak nyaman karena sudah melepas keperawanannya.