Tuesday, July 28, 2009

AGAMA DAN WANITA

KETIKA AGAMA MEMFRASEKAN KEDUDUKAN PEREMPUAN
Perempuan selalu asyik untuk diperbincangkan. Kaum hawa selalu menjadi subyak keindahan. Tapi sudah saatnya semua yang ada sebagai insani, harus menyadari bahwa keindahan wanita, tidak dibarengai dengan sebuah kedudukan atau equelity.
Bentuk penindasan masih begitu lekat sampai sekarang. Jadi sepertinya sudah menjadi keharusan, jika kaum feminis harus menjadi manusia kedua setelah laki-laki. Penindasan itu sering dan nampak terjadi, exploitasi, pemerkosaan kedudukan hak dan persamaan yang lainnya masih begitu tumbuh subur.
Namun saatnya kita tanyakan tentang diskripsinya lewat agama. Mengapa sampai saat ini perempuan masih tertindas hak-haknya ? Dan bagaimana jika di dunia ini hanya terdapat kaum laki-laki saja atau sebaliknya kaum perempuan saja. Dan bagaimana pula jika Tuhan hanya menciptakan satu makluk tanpa adanya pasangan ?
Hakikat manusia dalam penciptaanya mempunyai drajat yang begitu sama, yakni sama dalam artian kodratinya, namun dalam jarak bentangan waktu, kedudukan tersebut terdegardasi dan berubah menjadi sebuah penindasan, layaknya yang kuat menindas yang lemah, itulah yang sudah terjadi.
Tuhan menciptakan makluknya dengan saling berpasang-pasangan. Ada siang ada malam, ada kaya ada miskin, begitu juga ada laki-laki juga ada perempuan. Tidak mungkin Tuhan menciptakan makluk tanpa adanya pasangan. Karena Dia dalam kitab-Nya telah berfiman, bahwa Dia akan menciptakan makhluknya secara berpasang-pasangan.
Tuhan Maha Adil. Tuhan tak akan menciptakan sesuatu yang sia-sia di dunia ini. Begitu juga kita sebagai manusia. Manusia diciptakan di dunia ini bukan hanya sebagai pengisi bumi ini. Akan tetapi mempunyai tugas yang manusia itu sendiri tidak boleh melalaikan tugas tersebut. Kita harus ingat bahwa tugas yang utama dari manusia adalah ibadah.
Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan dengan berbagai persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan. Dengan keadaan itulah mereka dapat saling melengkapi. Pada dasarnya manusia merupakan percampuran dari dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan. Tidak ada orang yang seratus persen laki-laki atau seratus persen perempuan.
Artinya perempuan mempunyai unsur sifat laki-laki begitu pula laki-laki mempunyai unsur sifat perempuan. Pernahkah anda melihat seorang laki-laki yang berperilaku lemah lembut layaknya seorang perempuan? Dan pernahkah pula anda melihat seorang perempuan yang bertingkah laku tegap dan kekar layaknya seorang laki-laki. Itulah bukti konkret bahwa manusia percampuran antara laki-laki dan perempuan. Hanya saja pada tubuh seorang laki-laki mempunyai kandungan hormon laki-laki yang lebih banyak dari pada hormon perempuan, begitu pula pada tubuh seorang perempuan mempunyai kandungan hormon perempuan yang lebih banyak dari pada hormon laki-laki.
Manusia merupakan unsur gabungan atau percampuran dari laki-laki dan perempuan. Namun kita tidak bisa memungkiri bahwa antara laki-laki dan perempuan tetap berbeda. Laki-laki identik dengan penampilan yang kuat, tegap, kokoh dan kekar serta memiliki fisik yang lebih kuat dari pada perempuan sedangkan perempuan sebagai sosok yang lemah lembut dan selalu membutuhkan perlindungan. Itulah sebabnya tugas laki-laki melindungi dan mengayomi kaum perempuan. Akan tetapi kita sebagai perempuan bukan berarti harus selalu lemah dan selalu berada dalam naungan dan perlindungan laki-laki. Perempuan juga mempunyai peranan yang sangat penting, selain itu perempuan juga mempunyai kelebihan yang tidak bisa dilakukan oleh laki-laki, diantaranya adalah hamil dan menyusui.
Dalam kehidupan berumah tangga perempuan laksana perhiasan yang harus selalu menjaga kindahan dan kemurniaannya. Untuk itu perempuan harus selalu berpenampilan baik, rapi dan sopan. Namun kalau kita lihat dimasa sekarang banyak sekali perempuan-perempuan yang memakai pakaian yang terlalu vulgar agar tampak seksi. Cara berpakaian mereka sangatlah tidak sesuai dengan etika dan ajaran agama. Tampaknya pakaian sudah tidak difunsikan sebagai penutup aurat sebagaimana yang diajarkan oleh agama, melainkansebagai sarana pemicu kemaksiatan. Banyak sekali mode pakaian yang dirancang dengan tujuan untuk menonjolkan bagian-bagian tertentu, padahal bagian tersebut seharusnya ditutupi, bukan sebaliknya malah dipamerkan atau dipertontonkan dengan tujuan mencari sensasi dan menarik perhatian orang lain.Tampaknya mayoritas bangsa lebih cenderung mengikuti budaya barat tanpa menghiraukan peraturan dan ajaran agama. Kalau demikian faktanya maka kehormatan dan kemurnian perempuan akan terkoyak.
Pernahkah anda berfikir mengapa Tuhan menciptakan manusia dari jenis laki-laki dan perempuan? Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan pasti dengan adanya alasan tertentu laki-laki diciptakan didunia ini adalah dengan tujuan untuk mewakili keperkasaan Tuhan, oleh sebab itu laki-laki diciptakan dengan kondisi tubuh yang kuat, kokoh, kekar dan perkasa.Sedangkan perempuan diciptakan dengan tujuan untuk mewakili kelembutan Tuhan, itulah mengapa perempuan identik dengan penampilan yang lemah lembut. Hal tersebut merupakan sebuah kodrat yang tak bisa kita pungkiri.
Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makluk yang paling terhormat dan termulya. Tahukah kalian mengapa manusia menyandang predikat sebagai makluk yang paling mulya padahal manusia tercipta dari tanah dan setetes air hina (sperma). Hal tersebut adalah karena manusia dikaruniai sebuah akal yang tidak dimiliki oleh makluk ciptaan Tuhan yang lain. Dengan akal itulah manusia dapat berfikir dengan menggunakan nalar. Dengan akal tersebut pula manusia mempunyai rasa malu, rasa ingin tahu, dan rasa ingin mengembangkan diri.
Secara logika laki-laki diciptakan lebih kuat dari pada perempuan.Selain dalam hal kekuatan fisik, dalam hal berfikir dan kecanggian otak / IQ laki-laki sebenarnya lebih tinggi dari pada perempuan. []

WAH

WAH ....

“Malu bertanya sesat di jalan”. Petuah ini memang cocok, untuk menggambarkan betapa pentingnya nilai atau budaya bertanya. Suatu kebiasaan yang harus senantiasa dipegang oleh para pelajar, difahami dan dipraktekkan, demi mendapat suatu kemapanan keilmuan. Sehingga sebagai subyek, tidak hanya mengamini apa yang disampaikan oleh guru atau fasilitator, sembari datang, duduk, diam dan ngewe. Tapi bisa menyaring segala informasi yang disampaikan oleh mereka.
Kendati demikian, kebudayaan bertanya, lebih-lebih Discus, masih begitu kolotnya diterapkan di lingkungan pendidikan. Rancang tanya jawab, dengan mempertemukan opini, dengan membeberkan data dan relita yang terjadi, masih menjadi beban, yang terasa berat dipikul. Padahal, manfaat yang diperoleh dari diskusi, sangat besar, bagi pengendapan knowladge dan infomasi, dalam serabut sensorik manusia. Sehingga informasi yang ada, akan dengan mudah tersimpan, sekaligus mudah diputar kembali, bila dibutuhkan.
Merekonstruksi diskusi, lebih pakemnya kita berjalan-jalan bersama Syekh Az Zarnuji, tokoh sekaligus pengarang ilmu Ta’limul Muta’allim, yang menjadi pedoman belajar bagi para pelajar.
Menempuh pendidikan, diwajibkan bagi setiap insani. Yakni memasukkan informasi dari dunia. Sistem penyimpanan informasi pun tidak semudah kita menyimpan uang di bank, yang dapat disimpan dan diambil setiap saat. Ada kalanya suatu informasi yang telah mantap difahami dan disimpan pada durasi waktu tertentu, tapi selanjutnya ketika kita hendak membuka kembali informasi itu, kita mengalami kesulitan, sehingga informasi itu hilang, dan kita selangkah mundur. Karena telah kecolongan satu informasi.
Untuk itu, perlu suatu strategi yang sanggup menyimpan, demikian juga sanggup pula merekonstruksi informasi itu, bila dibutuhkan. Menyiasati hal itu Az Zarnuji punya trik khusus, sehingga informasi atau ilmu yang telah masuk, bisa terkunci kuat dalam ingatan, plus kita sanggup membuka kembali. Trik itu yakni “Diskusi”. Ya diskusi sebagai Key (kunci)-nya.
“Almudzakaroti wal munadloroti” atau penalaran dan saling tukar pikiran, merupakan suatu kunci dalam menyimpan informasi. Mengapa..? Karena manfaat dari diskusi atau perdebatan, yang disertai hati, fikiran dan I’tikad baik, jernih dan penuh penalaran, sanggup menelorkan hasil yang lebih kuat daripada faedah mengulang-ulang materi.
Hal itu terjadi, karena kala diskusi dikumandangkan, maka tanpa komando dari manapun, audient harus turut serta menyumbangkan buah fikiran, turut berfikir, mengingat dan merenung, kalau ia memang benar-benar mau merasakan buahnya diskusi. Apa saja itu ?
Pertama, peserta diskusi harus latihan memahami suatu topik. Artinya, dia harus mempunyai kemampuan menyaring apa tema yang sedang diangkat pada saat diskusi dibeberkan. Makanya, peserta tidak boleh njelantur, atau asal ngomong tampa tahu benar permasalahan. Ia harus tahu dulu, baru beropini.
Kedua, sebanyak mungkin mengumpulkan literatur. “Iqro’..”, mutlak harus dibudayakan. Semakin banyak inforamasi yang didapat dari literatur, memahami dan merenungkan, maka semakin kuat pijakan atau pengetahuan dalam memaparkan suatu usulan. Sehingga bahaya-bahaya orang yang tidak waras cara fikirnya (suka menjegal), dapat dihindari. Dan untuk semakin memperkuat kedudukan, maka bumbuh berupa informasi-informasi dari segala sumber, seperti tokoh-tokoh penting, dari infotainmen-infotainmen yang beredar di lingkungan, baik TV ataupun lainnya, juga diperlukan. Alhasil apa yang kita disampaikan, punya alasan dan ruang yang kuat. Makanya Az Zarnuji menyebutkan, diskusi selain dapat mengulang ilmu yang telah ada, juga dapat memperoleh ilmu baru yang belum diketahui. Mengulang berarti, merekonstruksi informasi yang didapat dari berbagai sumber, menambah ilmu yang belum diketahui yakni, mengadu ilmu kita dengan rekan yang lain, sehingga dapat menghasilkan ilmu-ilmu baru, baik dari rekan atau dari diri kita sendiri, manakala sedang terjepit, sehingga spontanitas memunculkan strategi mempertahankan opini.
Ketiga, diskusi juga dapat melatih demokrasi, tidak diktator, melatih keberanian dan kelihaian berbicara atau mengusulkan ide pada publik, dan dapat melatih untuk menerima usulan dari publik (terbuka). Buah diskusi, melatih oran-orang yang yang biasa diskusi senantiasa berembuk, dan asal-asalan menentukan keputusan tanpa pertimbangan dari segala aspek. Sehingga jalan fikirannya lebih panjang, plus tidak egois.
Diskusi dengan bantah-bantahan, juga harus menjaga dari sikap menjegal, marah, memulas, berbelit-belit dan mereka-reka. Pasalnya, diskusi yang disertai hati yang tidak lurus demikian, tidak akan mempu menerobos makna dari diskusi sendiri. Yakni untuk memperoleh kebenaran umum, dan tidak akan dapat memperoleh manfaat dan faedah diskusi. Padahal diskusi satu jam yang disertai angan-angan, menurut Az Zarnuji lebih baik daripada mengulang-ulang pelajaran (ilmu) satu bulan. []