Belajar Mencintai Dari Cicak
Kisah ini berasal dari Jepang
Ketika sedang merenovasi sebuah rumah, seseorang mencoba merontokan tembok. Rumah di Jepang biasanya memiliki ruang kosong diantara tembok yang terbuat dari kayu. Ketika tembok mulai rontok, dia menemukan seekor cicak terperangkap diantara ruang kosong itu karena kakinya melekat pada sebuah surat.
Dia merasa kasihan sekaligus penasaran. Lalu ketika dia mengecek surat itu, ternyata surat tersebut telah ada disitu 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibangun.
Apa yang terjadi? Bagaimana cicak itu dapat bertahan dengan kondisi terperangkap selama 10 tahun??? Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikitpun, itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akan. Orang itu lalu berpikir, bagaimana cicak itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada surat itu!
Orang itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan cicak itu, apa yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan. kemudian, tidak tahu darimana datangnya, seekor cicak lain muncul dengan makanan di mulutnya....AHHHH! Orang itu merasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor cicak lain yang selalu memperhatikan cicak yang terperangkap itu selama 10 tahun.
Sungguh ini sebuah cinta...cinta yang indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil seperti dua ekor cicak itu. apa yang dapat dilakukan oleh cinta? tentu saja sebuah keajaiban.
Bayangkan, cicak itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. bayangkan bagaimana hewan yang kecil itu dapat memiliki karunia yang begitu menganggumkan.
Saya tersentuh ketika mendengar cerita ini. Lalu saya mulai berpikir tentang hubungan yang terjalin antara keluarga, teman, kekasih, saudara lelaki, saudara perempuan..... Seiring dengan berkembangnya teknologi, akses kita untuk mendapatkan informasi berkembang sangat cepat. Tapi tak peduli sejauh apa jarak diantara kita, berusahalah semampumu untuk tetap dekat dengan orang-orang yang kita kasihi.
JANGAN PERNAH MENGABAIKAN ORANG YANG ANDA KASIHI!!!
Halim, sekarang bekerja di smk nu darul hikam sebagai tenaga pengajar. masih suka menulis dan mengotak-atik komputer. salam kenal yaaa
Tuesday, December 28, 2010
Sunday, May 30, 2010
Musim Cinta Tiba
Saat Musim Cinta Tiba
Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi wa barakaatuh! Apa kabar semuanya? Pada baik-baik and tetep sehat? Eh, iman kamu juga semakin kuat kan? Alhamdulillah kalo gitchu.
Now, kita akan bahas sesuatu yang menjadi problem terbesar kamu semua. Apa ya? Yap tepat, masalah CINTA. Hampir semua ABG (Anak Buahnya Grandong?) punya masalah cinta. Kamu juga kan? Nah, agar kamu nggak semakin larut dan diombang-ambingkan oleh cinta, mending kita bahas saja masalah ini agar tuntas..tas. Oke?
Cinta itu punya banyak definisi. Dia punya banyak arti. Bahkan saking luasnya makna cinta banyak yang menyarankan agar cinta tidak didefinisikan. Biarkan cinta bekerja sesuai karakternya. Tambah bingung kan? Memang harus gitu kalau menjelaskan tentang cinta. Pakai sedikit ilmu pil syahwat eh..filsafat, puitis dan romantis. Tapi yang jelas cinta itu anugerah Allah yang diturunkan untuk manusia agar dunia colourfull and wonderfull.
Jika Jatuh Cinta
Kalau kita sekarang benar-benar jatuh cinta kepada teman sekelas, tetangga, anak bapak guru, anak pak lurah, or anak orang lain bagaimana? Tembak langsung apa ditahan saja yang lama-lama bisa jadi jerawat? Or nunggu dia ngungkapin dulu? Gimana hoy? Binguuung..!
Sebenarnya kamu mencintai seseorang karena semua apa yang kamu impikan tentang pasangan idealmu ada pada dirinya. Dan begitu melihatnya, langsung otak kamu bilang,”Lha, ini kan yang selama ini kuimpi-impikan? Ini nih, yang pas buat gue!”
Tapi cinta tidak bisa dilarang atau dipaksakan. Misal ada yang maksa-maksa kamu untuk mencintai seseorang,”Kamu harus mencintainya karena dia itu baik, cakep dan pintar!” Wah, terang aja kita tolak. Memang nggak cinta, bagaimana mau menerimanya? Meski dia cakep, kaya, keren, or berbody seksi, tapi kalau dalam hati ini sukaa banget mau gimana lagi? Yah, dengan terpaksa...mauuu donk! (Sorry ya, becanda lagi!)
Atau ada yang melarangmu mencintai seseorang,”Kamu nggak boleh mencintainya, titik!” Mungkin kamu nggak bisa nolak karena yang melarang adalah ortu kamu. Tapi karena udah cinta, dalam hati ini cinta itu tetap bersemi indah. Raga boleh berpisah tapi hati kami tetap bersatu. (Cei laah...sok puitis, padahal sama sekali nggak ngandung unsur puisi). Meski Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi melarang percintaanmu tapi karena kadung cinta, cinta akan tetap tersenyum indah.
Karena memang seperti itu karakter cinta, yang tidak bisa dilarang sekaligus juga tidak bisa dipaksakan, yang paling mungkin dalam memperlakukan cinta adalah mengikat dan memenejnya dengan baik. Tanpa menejemen yang baik, cinta yang sebenarnya memiliki keindahan, bisa membawa kesengsaraan dan kesedihan yang berlipat-lipat. Sering dengar kasus hamil di luar nikah, perkosaan, atau pacaran setengah badan? Atau cerita tentang bunuh diri gara-gara broken heart? Semua itu berawal dari menejemen cinta yang kurang benar. Dan biasanya sad ending, perpisahan, permusuhan bahkan killing.
Kalo mengikat cinta? Hanya satu, dengan ikatan agung nan suci yang bernama pernikahan. Hah…nikah? Nggak kebayang deh! Belon siaap! Masih sekolah! Tenang..tenang..sabar..sabar! Baca dulu..baru ituuu..
Makanya jika sedang dilanda cinta, yang harus kamu lakukan adalah berpikir secara jernih dan dewasa apakah cintamu ini murni atau hanya cinta nafsu? Cintamu memang bener-bener untuk persiapan menikah or hanya untuk seneng-seneng saja? Atau hanya sekedar biar nggak dibilang jomblo? Karena banyak juga yang cintanya hanya karena body saja bukan karena kepribadiannya.
HAPPY ENDING
Tak satu pun manusia di dunia ini yang ingin hidup sengsara. Semuanya. Mulai abang becak, menteri sampai raja copet sekalipun (he.he..ngaku!) ketika ditanya pilih surga atau neraka, pasti jawabannya ingin masuk surga. Mereka ingin bahagia. Kalau ada yang bilang ingin masuk neraka karena nanti di neraka bisa ketemu selebritis dunia dari mulai jaman dulu ampe here after, semisal Fira’un, anak dan istrinya Nabi Nuh, Marilyn Monroe, saya yakin itu hanya bercanda saja. Atau ada yang bilang,”Saya masuk neraka kan niatnya untuk berda’wah? Biar yang di neraka pada taubat !” Ha..ha..ini banyolan kreatif tapi asli super ngawur. (Eh tahu gak Coy, saat nyawa berada di kerongkongan (sakaratul maut) pada saat itu pintu taubat sudah di tutup. Jadi kalo dah di neraka nggak ada taubat lagi!) Tapi yakin deh, semuuuua pasti pingin banget ke surga. Hanya memang ada perbedaan dalam memaknai bahagia. Termasuk kita-kita yang ABG ini.
Sebagian teman kamu melihat kebahagiaan dan kesenangan itu jika mereka bisa menyalurkan semua keinginan dan hasrat dirinya. Inginnya mereka bebas dari aturan. Andaipun pakai aturan, pilih-pilih yang sesuai selera. Mereka punya slogan ”lahir cesar, balita dimanja, kanak-kanak disayang, muda hura-hura, tua kaya raya, mati masuk neraka” (kok enak mau masuk surga! Lha wong sholat saja minta dibentakin dulu, mintanya masuk surga? Emang surga buatan loe sendiri?) atau slogan,”Mending gak ngerti nggak dosa dari pada ngerti nggak bisa mengamalkan, dosa lah kita!”
Kalau birahi sedang memuncak, ya langsung disalurkan. Kalau mereka takut berzina, minimal mereka salurkan lewat zina mata dengan melihat gambar or film bokep. Trus dilanjutin zina hati dengan ngebayangin adegan-adegan mesum. Kalau masih nggak ku..ku..kamu akhirnya zina tangan dengan onani atau masturbasi. Dan kebiasaan ini sulit dihentikan karena addicted, menyebabkan kecanduan. Yang penting buas eh puas. Aku Happy. Betulkah? Ini tipe pertama.
Tipe kedua adalah remaja dan pemuda biasa, yang juga punya ketertarikan dengan lawan jenis tapi mereka masih takut pada Allah. Mereka tetap punya nafsu birahi yang dahsyat terhadap lawan jenis, tapi mereka lebih tertarik dengan surga dan keridhoan Allah. Menurut teman-teman yang ini, kebahagiaan itu ialah kalau mereka bisa melakukan ketaatan pada Allah dan mampu menghindarkan diri dari sesuatu yang dilarang Allah SWT. Karena mereka faham bahwa aturan Allah sebenarnya untuk kebahagiaan kita sendiri. Bisa jadi kita nggak menyukai perintah dan larangan Allah, tapi bisa jadi itu adalah kebaikan bagi kita. Begitu juga sebaliknya. Jadi prinsipnya kebahagiaan ini adalah jika bisa sami’na wa atho’na, saya dengar saya jalani.
Sebagai penutup saya ingin sampaikan ke kamu semua bahwa kalau ada remaja atau pemuda saat kongkow yang diomongin mulu masalah cewek, cowok, musik, film, mode dan sex, ini sich PEMUDA BIASA. Semua anak muda bisa melakukannya tanpa perlu belajar dan bekerja keras. Apa susahnya pacaran, nonton CD porno, ngerpek, berani sama ortu? Mudah kan?
Tapi, kalau ada remaja atau pemuda jika ngumpul ngomongin hal-hal yang bermanfaat, ngadain baksos bersama, nyantunin anak yatim, diskusi keagamaan, atau saling menasehati, ini PEMUDA LUAR BIASA. Ini hebat. Tidak semua anak muda bisa seperti ini. Harus belajar dan bekerja ekstra keras untuk bisa seperti mereka.
Dan ingat!!! Surga hanya mau ditempati oleh PEMUDA LUAR BIASA. Surga tak akan pernah mau dimasuki oleh PEMUDA BIASA saja. So, kamu tinggal pilih. Jadi pemuda biasa or pemuda luar biasa. Semua sudah ada muara akhirnya. Pemuda biasa finishnya adalah kegagalan (neraka) dan pemuda luar biasa finishnya adalah kesuksesan (surga). Selamat memilih!!
Now, buka semangat dan gairah baru untuk menjadikan hidup ini lebih hidup, lebih bermakna. Marilah hidup yang hanya sekali dan tak tahu kapan jatah hidup ini akan berakhir kita gunakan sebaik-baiknya! Be careful coz’ life is short!
Tidak usah menunggu ‘sesuatu’ untuk berubah. Nggak usah pakai syarat-syarat kalau mo berubah. ”Kalau ranking satu aku akan pakai jilbab! Kalau matematikaku dapat sembilan aku akan berinfaq untuk anak yatim! Kalau sudah punya SIM aku akan sholat jama’ah di Masjid!” (Apa hubungannya?) Bla...bla...!”
Seandainya nggak ranking satu or matematika nggak dapat nilai sembilan, kamu batal berjilbab and menyantuni yatim donk? Maka PAKSALAH diri kamu menjadi manusia sukses dan bahagia. Jangan mau kalah dengan nafsu dan setan!
Selamat berubah Sayang. Selamat menjadi manusia baru. Selamat menjadi pemuda or remaja yang LUAR BIASA. Dan semoga Allah SWT meridhoi dan mengumpulkan kita semua di JannahNYA kelak. Aamiin.
”Kami ceritakan kepadamu Muhammad cerita yang sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.” (Al-Kahfi: 13)
”Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan nafsunya maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” (An-Naazi’aat 41-42)
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di hari kiamat ketika tidak ada naungan satu pun kecuali naunganNya…pemuda yang taat beribadah kepada Allah,..pemuda yang diajak berzina mengatakan,”aku sesungguhnya takut kepada Allah..” (HR. Bukhari)
“Saya wasiatkan para pemuda kepadamu dengan baik, sebab mereka berhati halus. Ketika Allah mengutus diriku untuk menyampaikan agama yang bijaksana ini, maka kaum mudalah yang pertama-tama menyambut saya, sedang kaum tua menentangnya”. (AL-Hadits)
“Raihlah lima perkara sebelum datangnya yang lima. Masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, kesempatanmu sebelum sempitmu, dan hidupmu sebelum matimu” (HR. Muslim)
Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi wa barakaatuh! Apa kabar semuanya? Pada baik-baik and tetep sehat? Eh, iman kamu juga semakin kuat kan? Alhamdulillah kalo gitchu.
Now, kita akan bahas sesuatu yang menjadi problem terbesar kamu semua. Apa ya? Yap tepat, masalah CINTA. Hampir semua ABG (Anak Buahnya Grandong?) punya masalah cinta. Kamu juga kan? Nah, agar kamu nggak semakin larut dan diombang-ambingkan oleh cinta, mending kita bahas saja masalah ini agar tuntas..tas. Oke?
Cinta itu punya banyak definisi. Dia punya banyak arti. Bahkan saking luasnya makna cinta banyak yang menyarankan agar cinta tidak didefinisikan. Biarkan cinta bekerja sesuai karakternya. Tambah bingung kan? Memang harus gitu kalau menjelaskan tentang cinta. Pakai sedikit ilmu pil syahwat eh..filsafat, puitis dan romantis. Tapi yang jelas cinta itu anugerah Allah yang diturunkan untuk manusia agar dunia colourfull and wonderfull.
Jika Jatuh Cinta
Kalau kita sekarang benar-benar jatuh cinta kepada teman sekelas, tetangga, anak bapak guru, anak pak lurah, or anak orang lain bagaimana? Tembak langsung apa ditahan saja yang lama-lama bisa jadi jerawat? Or nunggu dia ngungkapin dulu? Gimana hoy? Binguuung..!
Sebenarnya kamu mencintai seseorang karena semua apa yang kamu impikan tentang pasangan idealmu ada pada dirinya. Dan begitu melihatnya, langsung otak kamu bilang,”Lha, ini kan yang selama ini kuimpi-impikan? Ini nih, yang pas buat gue!”
Tapi cinta tidak bisa dilarang atau dipaksakan. Misal ada yang maksa-maksa kamu untuk mencintai seseorang,”Kamu harus mencintainya karena dia itu baik, cakep dan pintar!” Wah, terang aja kita tolak. Memang nggak cinta, bagaimana mau menerimanya? Meski dia cakep, kaya, keren, or berbody seksi, tapi kalau dalam hati ini sukaa banget mau gimana lagi? Yah, dengan terpaksa...mauuu donk! (Sorry ya, becanda lagi!)
Atau ada yang melarangmu mencintai seseorang,”Kamu nggak boleh mencintainya, titik!” Mungkin kamu nggak bisa nolak karena yang melarang adalah ortu kamu. Tapi karena udah cinta, dalam hati ini cinta itu tetap bersemi indah. Raga boleh berpisah tapi hati kami tetap bersatu. (Cei laah...sok puitis, padahal sama sekali nggak ngandung unsur puisi). Meski Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi melarang percintaanmu tapi karena kadung cinta, cinta akan tetap tersenyum indah.
Karena memang seperti itu karakter cinta, yang tidak bisa dilarang sekaligus juga tidak bisa dipaksakan, yang paling mungkin dalam memperlakukan cinta adalah mengikat dan memenejnya dengan baik. Tanpa menejemen yang baik, cinta yang sebenarnya memiliki keindahan, bisa membawa kesengsaraan dan kesedihan yang berlipat-lipat. Sering dengar kasus hamil di luar nikah, perkosaan, atau pacaran setengah badan? Atau cerita tentang bunuh diri gara-gara broken heart? Semua itu berawal dari menejemen cinta yang kurang benar. Dan biasanya sad ending, perpisahan, permusuhan bahkan killing.
Kalo mengikat cinta? Hanya satu, dengan ikatan agung nan suci yang bernama pernikahan. Hah…nikah? Nggak kebayang deh! Belon siaap! Masih sekolah! Tenang..tenang..sabar..sabar! Baca dulu..baru ituuu..
Makanya jika sedang dilanda cinta, yang harus kamu lakukan adalah berpikir secara jernih dan dewasa apakah cintamu ini murni atau hanya cinta nafsu? Cintamu memang bener-bener untuk persiapan menikah or hanya untuk seneng-seneng saja? Atau hanya sekedar biar nggak dibilang jomblo? Karena banyak juga yang cintanya hanya karena body saja bukan karena kepribadiannya.
HAPPY ENDING
Tak satu pun manusia di dunia ini yang ingin hidup sengsara. Semuanya. Mulai abang becak, menteri sampai raja copet sekalipun (he.he..ngaku!) ketika ditanya pilih surga atau neraka, pasti jawabannya ingin masuk surga. Mereka ingin bahagia. Kalau ada yang bilang ingin masuk neraka karena nanti di neraka bisa ketemu selebritis dunia dari mulai jaman dulu ampe here after, semisal Fira’un, anak dan istrinya Nabi Nuh, Marilyn Monroe, saya yakin itu hanya bercanda saja. Atau ada yang bilang,”Saya masuk neraka kan niatnya untuk berda’wah? Biar yang di neraka pada taubat !” Ha..ha..ini banyolan kreatif tapi asli super ngawur. (Eh tahu gak Coy, saat nyawa berada di kerongkongan (sakaratul maut) pada saat itu pintu taubat sudah di tutup. Jadi kalo dah di neraka nggak ada taubat lagi!) Tapi yakin deh, semuuuua pasti pingin banget ke surga. Hanya memang ada perbedaan dalam memaknai bahagia. Termasuk kita-kita yang ABG ini.
Sebagian teman kamu melihat kebahagiaan dan kesenangan itu jika mereka bisa menyalurkan semua keinginan dan hasrat dirinya. Inginnya mereka bebas dari aturan. Andaipun pakai aturan, pilih-pilih yang sesuai selera. Mereka punya slogan ”lahir cesar, balita dimanja, kanak-kanak disayang, muda hura-hura, tua kaya raya, mati masuk neraka” (kok enak mau masuk surga! Lha wong sholat saja minta dibentakin dulu, mintanya masuk surga? Emang surga buatan loe sendiri?) atau slogan,”Mending gak ngerti nggak dosa dari pada ngerti nggak bisa mengamalkan, dosa lah kita!”
Kalau birahi sedang memuncak, ya langsung disalurkan. Kalau mereka takut berzina, minimal mereka salurkan lewat zina mata dengan melihat gambar or film bokep. Trus dilanjutin zina hati dengan ngebayangin adegan-adegan mesum. Kalau masih nggak ku..ku..kamu akhirnya zina tangan dengan onani atau masturbasi. Dan kebiasaan ini sulit dihentikan karena addicted, menyebabkan kecanduan. Yang penting buas eh puas. Aku Happy. Betulkah? Ini tipe pertama.
Tipe kedua adalah remaja dan pemuda biasa, yang juga punya ketertarikan dengan lawan jenis tapi mereka masih takut pada Allah. Mereka tetap punya nafsu birahi yang dahsyat terhadap lawan jenis, tapi mereka lebih tertarik dengan surga dan keridhoan Allah. Menurut teman-teman yang ini, kebahagiaan itu ialah kalau mereka bisa melakukan ketaatan pada Allah dan mampu menghindarkan diri dari sesuatu yang dilarang Allah SWT. Karena mereka faham bahwa aturan Allah sebenarnya untuk kebahagiaan kita sendiri. Bisa jadi kita nggak menyukai perintah dan larangan Allah, tapi bisa jadi itu adalah kebaikan bagi kita. Begitu juga sebaliknya. Jadi prinsipnya kebahagiaan ini adalah jika bisa sami’na wa atho’na, saya dengar saya jalani.
Sebagai penutup saya ingin sampaikan ke kamu semua bahwa kalau ada remaja atau pemuda saat kongkow yang diomongin mulu masalah cewek, cowok, musik, film, mode dan sex, ini sich PEMUDA BIASA. Semua anak muda bisa melakukannya tanpa perlu belajar dan bekerja keras. Apa susahnya pacaran, nonton CD porno, ngerpek, berani sama ortu? Mudah kan?
Tapi, kalau ada remaja atau pemuda jika ngumpul ngomongin hal-hal yang bermanfaat, ngadain baksos bersama, nyantunin anak yatim, diskusi keagamaan, atau saling menasehati, ini PEMUDA LUAR BIASA. Ini hebat. Tidak semua anak muda bisa seperti ini. Harus belajar dan bekerja ekstra keras untuk bisa seperti mereka.
Dan ingat!!! Surga hanya mau ditempati oleh PEMUDA LUAR BIASA. Surga tak akan pernah mau dimasuki oleh PEMUDA BIASA saja. So, kamu tinggal pilih. Jadi pemuda biasa or pemuda luar biasa. Semua sudah ada muara akhirnya. Pemuda biasa finishnya adalah kegagalan (neraka) dan pemuda luar biasa finishnya adalah kesuksesan (surga). Selamat memilih!!
Now, buka semangat dan gairah baru untuk menjadikan hidup ini lebih hidup, lebih bermakna. Marilah hidup yang hanya sekali dan tak tahu kapan jatah hidup ini akan berakhir kita gunakan sebaik-baiknya! Be careful coz’ life is short!
Tidak usah menunggu ‘sesuatu’ untuk berubah. Nggak usah pakai syarat-syarat kalau mo berubah. ”Kalau ranking satu aku akan pakai jilbab! Kalau matematikaku dapat sembilan aku akan berinfaq untuk anak yatim! Kalau sudah punya SIM aku akan sholat jama’ah di Masjid!” (Apa hubungannya?) Bla...bla...!”
Seandainya nggak ranking satu or matematika nggak dapat nilai sembilan, kamu batal berjilbab and menyantuni yatim donk? Maka PAKSALAH diri kamu menjadi manusia sukses dan bahagia. Jangan mau kalah dengan nafsu dan setan!
Selamat berubah Sayang. Selamat menjadi manusia baru. Selamat menjadi pemuda or remaja yang LUAR BIASA. Dan semoga Allah SWT meridhoi dan mengumpulkan kita semua di JannahNYA kelak. Aamiin.
”Kami ceritakan kepadamu Muhammad cerita yang sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.” (Al-Kahfi: 13)
”Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan nafsunya maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” (An-Naazi’aat 41-42)
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di hari kiamat ketika tidak ada naungan satu pun kecuali naunganNya…pemuda yang taat beribadah kepada Allah,..pemuda yang diajak berzina mengatakan,”aku sesungguhnya takut kepada Allah..” (HR. Bukhari)
“Saya wasiatkan para pemuda kepadamu dengan baik, sebab mereka berhati halus. Ketika Allah mengutus diriku untuk menyampaikan agama yang bijaksana ini, maka kaum mudalah yang pertama-tama menyambut saya, sedang kaum tua menentangnya”. (AL-Hadits)
“Raihlah lima perkara sebelum datangnya yang lima. Masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, kesempatanmu sebelum sempitmu, dan hidupmu sebelum matimu” (HR. Muslim)
Thursday, April 22, 2010
MENULIS BERITA
MENULIS BERITA
MEMBERI RUH PADA BERITA
Tugas seorang penulis adalah membuat sesuatu informasi yang dikumpulkan dan dilaporkan menjadi jelas bagi pembaca. Ketidakmampuan menekankan kejelasan adalah kegagalan seorang penulis.
Dan karena informasi dan gagasan seringkali beku dan tanpa jiwa, menjadi tugas seorang penulis pula untuk mencairkan, mengemas, dan menyajikan informasi itu menjadi sajian penuh vitalitas (vogorous) serta elok (graceful) sehingga mampu menggaet dan memelihara minat pembaca untuk menyerap seluruh informasi yang disampaikan.
ELEMEN KEJELASAN
Singkat
Tulisan yang jelas umumnya bukan tulisan yang panjang lebar, melainkan justru ringkas dan terfokus. Ingat Hemingway? ''Less is more!''
Tulisan yang ringkas memberi kesan tangkas dan penuh vitalitas. Tanpa kata mubazir dalam kalimatnya dan tanpa kalimat mubazir dalam alenianya. Tulisan yang ringkas tak ubahnya seperti lukisan yang tegas (tanpa garis yang tak perlu) atau mesin yang efektif (tanpa suku cadang yang tak berfungsi).
Tulisan yang jelas dimulai dari pembuatan kalimat yang sederhana, ringkas dan tepat makna. Kuncinya: baca laporan dan amati sesuatu sejelas-jelasnya kemudian ceritakan kembali secara sederhana. Dan pilihlah satu angle:
1. Dengan cermat memilih angle cerita sehingga penulis dengan mudah bisa mengelola bahan yang diperlukan untuk mengutarakan cerita itu.
2. Pegang teguhlah angle cerita itu dengan menghapuskan bagian yang tidak berhubungan langsung dengan angle-nya atau pun tidak membantu mencapai sasaran.
Langsung, Tepat Sasaran
Tulislah ringkas menuju pengertian yang dimaksud. Pilih kata/kalimat yang spesifik untuk mewakili pengertian yang mengena (tanpa memberi peluang pada banyak interpretasi). Meluruskan apa saja yang berliku-liku. Menggergaji yang bergerigi. Berperang melawan kekaburan dan segala sesuatu yang mendua. Statemen yang abstrak adalah racun maut bagi seorang penulis.
Organisasi
Mulailah sebuah tulisan secara kuat, untuk memikat pembaca memasukinya. (Lihat bagian lain tentang lead). Jika mungkin, gunakan gaya bahasa naratif -- gaya seorang pendongeng yang piawai -- sebagai pendekatan dasar. Selesai menuliskan sebuah paragraf, pikirkan apa yang pembaca ingin ketahui pada alinea berikutnya; dan buatlah transisi serta keterkaitan antar alenia secara mulus. Cobalah untuk selalu menjaga konsistensi tema dalam keseluruhan cerita. Dan seperti dibuka dengan kuat, tutup juga cerita dengan tegas, tanpa membiarkan kejanggalan dan ending yang melambai.
Spesifik
Bagian-bagian yang rumit pecahlah dalam serpihan yang mudah dicerna. Gunakan contoh: seorang untuk mewakili kelompoknya. Dengan memberikan pengkhususan, seringkali juga menghadirkan suasana dramatis dan hidup. (''Kematian 10.000 orang adalah statistik, tapi kematian satu orang adalah tragedi,'' kata Joseph Stalin).
Paralel
Jika Anda menulis sebuah topik yang padat, gambarkan melalui ungkapan yang mudah dipahami pembaca. Strategi militer misalnya dapat diterangkan melalui formasi pertandingan olahraga, rencana keuangan perusahaan dapat digambarkan melalui rencana anggaran keluarga.
APA ITU RUH CERITA?
Manusia
Setiap fotografer tahu bahwa gambar yang tidak menyertakan unsur kehidupan seperti manusia hanya akan berakhir nasibnya di keranjang sampah. Begitu pula dengan tulisan.
Pembaca suka membaca tentang manusia lainnya. Mereka kurang berminat pada isu dan gagasan ketimbang pada pribadi-pribadi. Jika kita bisa menampilkan sebuah wajah pada kisah rumit yang jarang diikuti pembaca, mereka akan terpikat membacanya dan memperoleh informasi.
Tempat
Pembaca menyukai sense of place. Kita bisa membuat tulisan lebih hidup jika kita bisa menyusupkan sense of place yang kuat. Misalnya: seperti apa lokasi tempat terjadinya pembunuhan itu, bagaimana suasana di balik panggung pertunjukan?
Indera
Kita harus berupaya untuk menyentuh indera pembaca. Membuat mereka melihat cerita dalam detil visual yang kuat, dan juga -- dalam kontek yang tepat -- membuat mereka mendengar, meraba, merasakan, membaui dan mengalami.
Irama
Tulisan yang monoton bisa dibantu dengan perubahan irama di dalam teks. Anekdot, kutipan, sebuah dialog pendek atau sebuah deskripsi dapat mengubah irama di aman pembaca bisa terikat sepanjang cerita dan membuat tulisan itu lebih hidup.
Warna dan Mood
Kamera televisi dapat menampilkan pemandangan yang sesungguhnya, dalam warna dan detil. Penulis tidak dapat menyajikan pemandangan dengan mudah, sehingga mereka harus berusaha keras untuk melukis dalam pikiran pembaca. Warna meliputi: citarasa, suara, bau, sentuhan dan rasa. Dan tentu saja sesuatu yang dapat dilihat: gerakan usapan, detil pakaian, rupa, perasaan. Warna bukan hanya sekedar kata sifat tetapi merupakan totalitas dari sebuah pemandangan.
Dalam menggambarkan warna, berarti Anda juga menceritakan tentang suasana (mood). Bahagia? Penuh emosi dan ketegangan? Sering hal semacam ini memberikan ketajaman perasaan terhadap cerita ketimbang bagian lain yang Anda tulis.
Anekdot
Anekdot adalah sebuah kepingan kisah singkat antara satu hingga lima alenia -- ''cerita dalam cerita''. Anekdot umumnya menggunakan seluruh teknik dasar penulisan fiksi -- narasi, karakterisasi, dialog, suasana -- untuk mengajak pembaca melihat cerita secara on the spot.
Anekdot sering dipandang sebagai ''permata'' dalam cerita. Penulis yang piawai akan menaburkan permata itu di seluruh bagian cerita, bukan mengonggokkannya di satu tempat.
Humor
Humor adalah bentuk ekspresi yang paling personal. Berilah pembaca sebuah senyuman, dan mereka akan menjadi sahabat Anda sepanjang hari. Dan buatlah mereka menanti tulisan Anda esok harinya. Tapi hati-hati dengan humor yang tak bercita-rasa.
Panjang-pendek
Makin pendek cerita makin baik. Kisah akan lebih hidup jika awalnya berdekatan dengan akhir (klimaks), sedekat mungkin. Alenia dan kalimat harus bervariasi dalam panjang. Letakkan kalimat dan alenia pendek pada titik kejelasan terpekat atau tekanan terbesar.
Kutipan
Kutipan dalam tulisan berita memberikan otoritas. Siapa yang mengatakannya? Seberapa dekat keterlibatannya dengan sesuatu peristiwa dan masalah? Apakah kata-katanya patut didengar? Kutipan juga memberikan vitalitas karena membiarkan pembaca mendengar suara lain selain penuturan si penulis.
Dialog
Perangkat ini jarang digunakan dalam koran atau majalah berita. Tapi, bisa menjadi wahana yang efektif untuk menghidupkan cerita. Dalam meliput sebuah sidang pengadilan, misalnya, atau mendiskusikan permainan dengan para atlet olahraga tertentu, kita bisa menghidupkan cerita dengan membiarkan pembaca mendengarkan para partisipan berbicara satu sama lain.
Sudut Pandang
Kita bisa membuat sebuah cerita biasa menjadi hidup dengan mengubah sudut pandang. Cobalah untuk melihat inflasi misalnya, dari sudut pandang seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari harus mengatur anggaran keluarga.
Identifikasi
Sebuah tulisan akan lebih hidup jika pembaca merasa dilibatkan dalam cerita dan membuat mereka mengerti mengapa sebuah masalah bermanfaat untuk mereka ketahui. Secara insidental, pembaca paling mudah mengidentifikasikan diri jika cerita ditulis dalam bentuk orang ketiga -- cara kebanyakan fiksi ditulis.
Bertutur
Tulisan yang hidup memiliki irama dan nada berbincang yang baik. Memiliki suara. Kita bisa menghidupkan cerita yang membosankan dengan menulis sesuatu seperti kita sedang membicarakan sesuatu kepada seorang pembaca -- dengan bahasa dan ungkapan keseharian yang kita pakai untuk berbicara.
Kata kerja
Kata kerja adalah mesin yang mendorong berjalannya sebuah cerita. Tulisan yang buruk bisa dihidupkan dengan mengaktifkan kata kerja pasif, menyederhanakan kata kerja kompleks, dan memperkuat kata kerja lembek. Kita harus senantiasa merasa gagal ketika menggunakan adverb atau kata sifat, ketika tak bisa menemukan kata kerja yang benar atau kata benda yang benar. ''Kata sifat adalah musuh bebuyutan kata benda,'' kata pujangga Prancis Voltaire.
JANGAN PUNYA BELAS KASIHAN
Untuk menghindari berpanjang lebar, penulis harus mempersoalkan setiap bagian materi yang dipakai, sebelum dan sesudah tulisan dikerjakan.
Lihat pada laporan yang dibuat reporter maupun bahan yang Anda kumpulkan sendiri. Periksa setiap potong informasi, untuk mengetahui apakah itu cukup relevan, cukup punya hubungan yang jelas, dengan pokok persoalan. Bila tidak relevan atau tidak membantu Anda mencapai sasaran pokok, yaitu bercerita secara efektif, singkirkan atau coret saja, sehingga nanti tidak akan mengganggu. Jangan punya belas kasihan: bila materi tidak relevan, buang!
Setelah Anda menulis, perhatikan setiap blok materi yang Anda pakai. Apakah masih ada hubungan yang jelas dengan fokus cerita? Kalaupun relevan, apakah ia menambahkan sesuatu yang berharga dalam usaha Anda bercerita? Bila tidak, erase saja karena hal itu hanya akan mengurangi efektifitas penulisan Anda.
TULISAN DESKRIPTIF VS TELEVISI
Dalam beberapa hal, televisi menang terhadap media cetak karena ia bisa menggambarkan bentuk fisik orang atau sesuatu barang dengan jelas di layar kaca. Pirsawan bisa menangkap dan menilai tokoh di TV, sedangkan pembaca koran harus mempunyai gambaran dari kata-kata yang tercetak (atau lewat potret kalau ada), yang bisa menunjukkan tokoh dalam cerita.
Tapi, dalam beberapa hal, penulis yang baik bisa mengubah kelemahan media cetak ini menjadi kemenangan. Yakni, dengan penulisan deskriptif. Gambaran yang ditangkap kamera hanya dangkal dan satu dimensi. Kelemahan TV adalah bahwa ia sangat terikat waktu yang sangat berharga, sehingga reporter TV jarang bisa memperoleh gambaran yang mendalam. Dan kalaupun waktu cukup tersedia untuk film dokumenter, katakanlah 1/2 jam, kehadiran kamera TV akan mengurangi suasana yang wajar dan realistis.
Kamera TV bisa menangkap gambaran yang baik pada feature yang menampilkan wajah orang, tapi penulis yang trampil bisa membuat feature lebih menarik dan memberikan gambaran sesungguhnya tentang tokoh masyarakat pada saat ia tidak disorot lampu TV. Yang lebih penting, penulis feature bisa memberikan gambaran tentang tabiat, gaya, lewat pengamatan yang terlatih baik, dan menekankan karakteristik orang, yang menyebabkan kita memperoleh pandangan ke dalam watak dan personalitas tokohnya.
Penulis feature tidak hanya memberikan pembacanya gambaran satu dimensi, tapi keseluruhan personalitas dan juga citra seseorang tokoh. Atau, bila menyangkut ''barang'', misalnya gambaran setelah ada musibah atau massa yang bersuka-ria, penulis bisa menampilkan mood (suasana).
MEMBERI RUH PADA BERITA
Tugas seorang penulis adalah membuat sesuatu informasi yang dikumpulkan dan dilaporkan menjadi jelas bagi pembaca. Ketidakmampuan menekankan kejelasan adalah kegagalan seorang penulis.
Dan karena informasi dan gagasan seringkali beku dan tanpa jiwa, menjadi tugas seorang penulis pula untuk mencairkan, mengemas, dan menyajikan informasi itu menjadi sajian penuh vitalitas (vogorous) serta elok (graceful) sehingga mampu menggaet dan memelihara minat pembaca untuk menyerap seluruh informasi yang disampaikan.
ELEMEN KEJELASAN
Singkat
Tulisan yang jelas umumnya bukan tulisan yang panjang lebar, melainkan justru ringkas dan terfokus. Ingat Hemingway? ''Less is more!''
Tulisan yang ringkas memberi kesan tangkas dan penuh vitalitas. Tanpa kata mubazir dalam kalimatnya dan tanpa kalimat mubazir dalam alenianya. Tulisan yang ringkas tak ubahnya seperti lukisan yang tegas (tanpa garis yang tak perlu) atau mesin yang efektif (tanpa suku cadang yang tak berfungsi).
Tulisan yang jelas dimulai dari pembuatan kalimat yang sederhana, ringkas dan tepat makna. Kuncinya: baca laporan dan amati sesuatu sejelas-jelasnya kemudian ceritakan kembali secara sederhana. Dan pilihlah satu angle:
1. Dengan cermat memilih angle cerita sehingga penulis dengan mudah bisa mengelola bahan yang diperlukan untuk mengutarakan cerita itu.
2. Pegang teguhlah angle cerita itu dengan menghapuskan bagian yang tidak berhubungan langsung dengan angle-nya atau pun tidak membantu mencapai sasaran.
Langsung, Tepat Sasaran
Tulislah ringkas menuju pengertian yang dimaksud. Pilih kata/kalimat yang spesifik untuk mewakili pengertian yang mengena (tanpa memberi peluang pada banyak interpretasi). Meluruskan apa saja yang berliku-liku. Menggergaji yang bergerigi. Berperang melawan kekaburan dan segala sesuatu yang mendua. Statemen yang abstrak adalah racun maut bagi seorang penulis.
Organisasi
Mulailah sebuah tulisan secara kuat, untuk memikat pembaca memasukinya. (Lihat bagian lain tentang lead). Jika mungkin, gunakan gaya bahasa naratif -- gaya seorang pendongeng yang piawai -- sebagai pendekatan dasar. Selesai menuliskan sebuah paragraf, pikirkan apa yang pembaca ingin ketahui pada alinea berikutnya; dan buatlah transisi serta keterkaitan antar alenia secara mulus. Cobalah untuk selalu menjaga konsistensi tema dalam keseluruhan cerita. Dan seperti dibuka dengan kuat, tutup juga cerita dengan tegas, tanpa membiarkan kejanggalan dan ending yang melambai.
Spesifik
Bagian-bagian yang rumit pecahlah dalam serpihan yang mudah dicerna. Gunakan contoh: seorang untuk mewakili kelompoknya. Dengan memberikan pengkhususan, seringkali juga menghadirkan suasana dramatis dan hidup. (''Kematian 10.000 orang adalah statistik, tapi kematian satu orang adalah tragedi,'' kata Joseph Stalin).
Paralel
Jika Anda menulis sebuah topik yang padat, gambarkan melalui ungkapan yang mudah dipahami pembaca. Strategi militer misalnya dapat diterangkan melalui formasi pertandingan olahraga, rencana keuangan perusahaan dapat digambarkan melalui rencana anggaran keluarga.
APA ITU RUH CERITA?
Manusia
Setiap fotografer tahu bahwa gambar yang tidak menyertakan unsur kehidupan seperti manusia hanya akan berakhir nasibnya di keranjang sampah. Begitu pula dengan tulisan.
Pembaca suka membaca tentang manusia lainnya. Mereka kurang berminat pada isu dan gagasan ketimbang pada pribadi-pribadi. Jika kita bisa menampilkan sebuah wajah pada kisah rumit yang jarang diikuti pembaca, mereka akan terpikat membacanya dan memperoleh informasi.
Tempat
Pembaca menyukai sense of place. Kita bisa membuat tulisan lebih hidup jika kita bisa menyusupkan sense of place yang kuat. Misalnya: seperti apa lokasi tempat terjadinya pembunuhan itu, bagaimana suasana di balik panggung pertunjukan?
Indera
Kita harus berupaya untuk menyentuh indera pembaca. Membuat mereka melihat cerita dalam detil visual yang kuat, dan juga -- dalam kontek yang tepat -- membuat mereka mendengar, meraba, merasakan, membaui dan mengalami.
Irama
Tulisan yang monoton bisa dibantu dengan perubahan irama di dalam teks. Anekdot, kutipan, sebuah dialog pendek atau sebuah deskripsi dapat mengubah irama di aman pembaca bisa terikat sepanjang cerita dan membuat tulisan itu lebih hidup.
Warna dan Mood
Kamera televisi dapat menampilkan pemandangan yang sesungguhnya, dalam warna dan detil. Penulis tidak dapat menyajikan pemandangan dengan mudah, sehingga mereka harus berusaha keras untuk melukis dalam pikiran pembaca. Warna meliputi: citarasa, suara, bau, sentuhan dan rasa. Dan tentu saja sesuatu yang dapat dilihat: gerakan usapan, detil pakaian, rupa, perasaan. Warna bukan hanya sekedar kata sifat tetapi merupakan totalitas dari sebuah pemandangan.
Dalam menggambarkan warna, berarti Anda juga menceritakan tentang suasana (mood). Bahagia? Penuh emosi dan ketegangan? Sering hal semacam ini memberikan ketajaman perasaan terhadap cerita ketimbang bagian lain yang Anda tulis.
Anekdot
Anekdot adalah sebuah kepingan kisah singkat antara satu hingga lima alenia -- ''cerita dalam cerita''. Anekdot umumnya menggunakan seluruh teknik dasar penulisan fiksi -- narasi, karakterisasi, dialog, suasana -- untuk mengajak pembaca melihat cerita secara on the spot.
Anekdot sering dipandang sebagai ''permata'' dalam cerita. Penulis yang piawai akan menaburkan permata itu di seluruh bagian cerita, bukan mengonggokkannya di satu tempat.
Humor
Humor adalah bentuk ekspresi yang paling personal. Berilah pembaca sebuah senyuman, dan mereka akan menjadi sahabat Anda sepanjang hari. Dan buatlah mereka menanti tulisan Anda esok harinya. Tapi hati-hati dengan humor yang tak bercita-rasa.
Panjang-pendek
Makin pendek cerita makin baik. Kisah akan lebih hidup jika awalnya berdekatan dengan akhir (klimaks), sedekat mungkin. Alenia dan kalimat harus bervariasi dalam panjang. Letakkan kalimat dan alenia pendek pada titik kejelasan terpekat atau tekanan terbesar.
Kutipan
Kutipan dalam tulisan berita memberikan otoritas. Siapa yang mengatakannya? Seberapa dekat keterlibatannya dengan sesuatu peristiwa dan masalah? Apakah kata-katanya patut didengar? Kutipan juga memberikan vitalitas karena membiarkan pembaca mendengar suara lain selain penuturan si penulis.
Dialog
Perangkat ini jarang digunakan dalam koran atau majalah berita. Tapi, bisa menjadi wahana yang efektif untuk menghidupkan cerita. Dalam meliput sebuah sidang pengadilan, misalnya, atau mendiskusikan permainan dengan para atlet olahraga tertentu, kita bisa menghidupkan cerita dengan membiarkan pembaca mendengarkan para partisipan berbicara satu sama lain.
Sudut Pandang
Kita bisa membuat sebuah cerita biasa menjadi hidup dengan mengubah sudut pandang. Cobalah untuk melihat inflasi misalnya, dari sudut pandang seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari harus mengatur anggaran keluarga.
Identifikasi
Sebuah tulisan akan lebih hidup jika pembaca merasa dilibatkan dalam cerita dan membuat mereka mengerti mengapa sebuah masalah bermanfaat untuk mereka ketahui. Secara insidental, pembaca paling mudah mengidentifikasikan diri jika cerita ditulis dalam bentuk orang ketiga -- cara kebanyakan fiksi ditulis.
Bertutur
Tulisan yang hidup memiliki irama dan nada berbincang yang baik. Memiliki suara. Kita bisa menghidupkan cerita yang membosankan dengan menulis sesuatu seperti kita sedang membicarakan sesuatu kepada seorang pembaca -- dengan bahasa dan ungkapan keseharian yang kita pakai untuk berbicara.
Kata kerja
Kata kerja adalah mesin yang mendorong berjalannya sebuah cerita. Tulisan yang buruk bisa dihidupkan dengan mengaktifkan kata kerja pasif, menyederhanakan kata kerja kompleks, dan memperkuat kata kerja lembek. Kita harus senantiasa merasa gagal ketika menggunakan adverb atau kata sifat, ketika tak bisa menemukan kata kerja yang benar atau kata benda yang benar. ''Kata sifat adalah musuh bebuyutan kata benda,'' kata pujangga Prancis Voltaire.
JANGAN PUNYA BELAS KASIHAN
Untuk menghindari berpanjang lebar, penulis harus mempersoalkan setiap bagian materi yang dipakai, sebelum dan sesudah tulisan dikerjakan.
Lihat pada laporan yang dibuat reporter maupun bahan yang Anda kumpulkan sendiri. Periksa setiap potong informasi, untuk mengetahui apakah itu cukup relevan, cukup punya hubungan yang jelas, dengan pokok persoalan. Bila tidak relevan atau tidak membantu Anda mencapai sasaran pokok, yaitu bercerita secara efektif, singkirkan atau coret saja, sehingga nanti tidak akan mengganggu. Jangan punya belas kasihan: bila materi tidak relevan, buang!
Setelah Anda menulis, perhatikan setiap blok materi yang Anda pakai. Apakah masih ada hubungan yang jelas dengan fokus cerita? Kalaupun relevan, apakah ia menambahkan sesuatu yang berharga dalam usaha Anda bercerita? Bila tidak, erase saja karena hal itu hanya akan mengurangi efektifitas penulisan Anda.
TULISAN DESKRIPTIF VS TELEVISI
Dalam beberapa hal, televisi menang terhadap media cetak karena ia bisa menggambarkan bentuk fisik orang atau sesuatu barang dengan jelas di layar kaca. Pirsawan bisa menangkap dan menilai tokoh di TV, sedangkan pembaca koran harus mempunyai gambaran dari kata-kata yang tercetak (atau lewat potret kalau ada), yang bisa menunjukkan tokoh dalam cerita.
Tapi, dalam beberapa hal, penulis yang baik bisa mengubah kelemahan media cetak ini menjadi kemenangan. Yakni, dengan penulisan deskriptif. Gambaran yang ditangkap kamera hanya dangkal dan satu dimensi. Kelemahan TV adalah bahwa ia sangat terikat waktu yang sangat berharga, sehingga reporter TV jarang bisa memperoleh gambaran yang mendalam. Dan kalaupun waktu cukup tersedia untuk film dokumenter, katakanlah 1/2 jam, kehadiran kamera TV akan mengurangi suasana yang wajar dan realistis.
Kamera TV bisa menangkap gambaran yang baik pada feature yang menampilkan wajah orang, tapi penulis yang trampil bisa membuat feature lebih menarik dan memberikan gambaran sesungguhnya tentang tokoh masyarakat pada saat ia tidak disorot lampu TV. Yang lebih penting, penulis feature bisa memberikan gambaran tentang tabiat, gaya, lewat pengamatan yang terlatih baik, dan menekankan karakteristik orang, yang menyebabkan kita memperoleh pandangan ke dalam watak dan personalitas tokohnya.
Penulis feature tidak hanya memberikan pembacanya gambaran satu dimensi, tapi keseluruhan personalitas dan juga citra seseorang tokoh. Atau, bila menyangkut ''barang'', misalnya gambaran setelah ada musibah atau massa yang bersuka-ria, penulis bisa menampilkan mood (suasana).
Friday, January 15, 2010
PORNOGRAFI
PORNOGRAFI
DI LAYAR KACA
Kekacuan dunia pertelevisian yang mempertontonkan hingar bingar dunia pornografi telah mengkontaminasi proses keremajaan siswa, pelajar tak halnya korban kontaminasi tersebut, tragis dan ironis memang, mengabaikan proses belajar disekolah tak jarang ditingalkan demi mata acara televisi tersebut, hinga sebua atanan sosial budaya timur kita telah dirusak. Yang aneh lagi tak ada
Proses Tayangan Pornografi
Muncul dugaan di benak kita khusunya peminat acara telivisi, banyaknya film Indonesia, hanya sebagai trend zaman hegomia kita, dan makin terlihatnya gaya hidup metropolisme. Tayangan pada layar kaca memang begitu banyak mewarnai hiasan layar kaca, di tengah malam menemani para penonton setianya, bersama dengan film-film barat lainnya, membuat peridustrian televisi dan film mempunyai kaitan yang begitu erat.
Ketereratan film seronok dengan televisi, memang mempunyai sejarah menarik. Pada awalnya telivisi mengambil film tersebut, didorong biaya pengambilan film tersebut memang sedemikian murah. Sedangkan di pasaran bioskop, film-fim tersebut dinilai kurang laku. Akhirnya proses demikanlah yang memacuh proses fonemena marakanya pornografi di layar kaca.
Dugaan baru, munculnya peridustrian perfilman yang berani menampilkan adegan seronok, baru dimulai pada dekade tahun-tahun ini, merupakan hal yang keliru. Film-film jauh sebelumnya sudah ada sejak tahun delapan puluhan. Ketatnya dalam meraih konsumen film, pada zaman tersebut memaksa para industriawan perfilman kita, lebih mengandalkan kemenarikan film tersebut, khusunya adegan-adegan yang panas, bukan lagi kualitas jalan ceritanya. Inovasinya, bagaimana film ini laku dan menarik ?
Biasanya film tersebut banyak dibintangi pemain-pemain, yang berani melakukan adegan-adegan ala sex dan memancing syahwat alias hot. Misalnya bintang kenamaan Serli Marselina, artis Bom Sex kita dahulu, Ineke Khoshorawati, dan masih banyak lagi yang lainya. Begitulah sejarah perfilman kita pada era delapan puluhan sampai sembilan puluhan. Hingga film tersebut sudah tidak laku di bioskop-bioskop kota.
Pada dekade tahun 60 dan 80, media telivisi hanya satu yaitu hanya Telivisi Republik Indonesia ( TVRI). Pada waktu dekade tersebut kita nampaknya harus bangga dengan TVRI. Karena muatannya hiburan, pendidikan dan informasi, masih begitu kental. Keberadaan telivisi sampai batas itu kurang begitu berpengaruh pada prilaku masyarakat pada umumnya. Hingga pada awal tahun 90 sampai tahun 2000. Telivisi banyak bermunculan, hingga menimbulkan persaingan ketat seperti persaingan film-film bombastis seperti itu.
Keberadaan demikian, ternyata membuat para instansi pertelivisian, akhirnya lebih menonjolkan gaya komersialisasi terhadap iklan, dan menonjolkan paparan yang kurang mendidik. Seperti apa yang pernah dijelaskan oleh ketua LSI (Lembaga Sensor Film Indonesia ), yang dikutip dari wawancara eksklusif pada tayangan program “Topik Minggu Ini” di SCTV.
Keberanian menayangkan film-film panas, masih berlangsung hingga sekarang, dan merambah juga pada telivisi lainnya. Belum lagi distribusi film asing. Begitu banyak film barat-barat, memperparah tayangan-tayangan yang kontroversial dengan budaya “Ketimuran Indonesia”. Hal ini menjadi incaran para penggila acara ini, makin terpukau akan hal ini.
Menayangkan program berbau pornografi juga bukan film saja. Banyak juga acara miniseri, infotaimen dan cerita lainya, mewarnai pertelevisian kita. Sebut saja tayangan Komedi Tengah Malam di Lativi, Nah Ini Dia di SCTV, Fenomena di TransTV, dan masih banyak lagi. Sungguh sangat kita sayangkan. Pantas jika para ulama dan LSM-LSM mengecam akan hal ini, sekali lagi para generasi yang akan menjadi sebuah korban tayangan telivisi yang kurang mendidik ini.
Hal ini ternyata kurang mendapat perhatian khusus dari pemerintah, terlebih lagi pada Lembaga kita yaitu LSI. Nampaknya LSI kita tidak mempunyai kekuatan, untuk lebih mempertajam gunting sensornya. Sehingga acara-acara itu sudah terbilang menjamur dan menjadi komoditi yang wajib terlayani oleh penggilanya, khusnya para remaja dibawah umur.
Bila sejenak kita lebih melihat situasi tayangan pertelevisian Indonesia, tayangan pornografi bukan saja ada pada tengah malam. Namun kali ini juga sudah tak segan-segan telah ditayangan di setiap sela-selah waktu. Buktinya adalah Sinetron, film komedi, dan serial televisi lain-lainnya. Tak sampai dengan itu saja, tayangan panggung musik pun sering mengumbar sensualitas para biduannya.
Makin gencarnya tontonan seperti di atas terlebih-lebih lagi adalah sinetron, benar adanya penuh muatan tontonan pornogrtafi. Simbul adat ketimuran kita telah lebur, bersama wacana yang dicontohkan pada kehidupan dunia maya ini (miniatur). Terus menggiring kita pada arah sebuah bentuk peniruan dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Walaupun butuh proses yang panjang, kenyataannya kita telah mencotoh dan mempraktekan hal-hal yang ada dilayar televisi. Hal ini sangat berbahaya, bila akhlak sudah tercampur akan nilai wacanah pertelevisian tersebut.
Buktinya, dalam hal pakaian, prilaku ataupun pergaulan yang makin bebas. Kini sudah begitu banyak terlihat, kalangan insan muda di sekolah telah begitu kongkrit memprakterkan gaya pergaulan artis pujaannya di layar kaca. Tak hanya itu saja, pun berpacaran. Di usia sedini tersebut berpacaran ala sinetron pertelevisian, gencar dilakukan, demi meniru pujaan TV dan dianggap penggemar tulen.
Dalam hal berpakaian juga tak luput dari indikasi tayangan. Berbusana yang kurang seragam waktu disekolah, sering diperlihatkan. Fungsi pakaian muslim beruba menjadi area penunjukan seksualitas. Pakaian seragam ala metropolis tak jarang dijumpa, belum lagi pada busana yang dilkenakan diluar sekolah. Inilah trik insan pertelevisian, yang sering menayangkan kepada khlayak pemirsanya, dengan satu tujuan komerialiasiasi iklan.
Terkontaminasinya Tatanan Prilaku Remaja
Berpengaruhnya dominisi acara telivisi pada tatanan berprilaku, nampaknya diubah menjadi komiditi yang sangat menguntungkan. Ironisnya komoditi tersebut, dijawab dengan tayangan yang kurang mendididik, khusunya tayangan program kental dan sarat akan muatan pornografi. Inilah wacana televesi kita yang begitu mengharukan dan berubah terindikasi oleh persaingan yang mulai berubah, dari tayangan yang mendidik, menjadi tayangan perusak tatanan generasi kita.
Pengaruh tayangan telivisi sampai saat ini menjadi penyulut utama, mengapa para generasi mudah melupakan eksistensi norma-norma luhur bangsa Indonesia yang agamis. Pengonsumsian dan klasifikasilah yang juga berperan. Bukan hal yang tidak mungkin, kalau prosesi pendidikan senyatanya lebih sulit diterima oleh memori otak pelajar, daripada nonton film. Convious pernah bertutur, “Apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya lihat saya ingat dan apa yang saya kerjakan saya faham”. Ini tentulah sangat mendukung prosesi pengendapan informasi. Terutama dari film, yang sangat mendukung proses audio fisual (dilihat dan didengar), sedangkan prosesi pendidikan, selama ini masih sering berkutat pada proses mendengar saja. Waktu pun menjadi hal yang patut dipertimbangkan. Pasalnya durasi pendidikan, dengan durasi melototi film, sangat jelas tidak seimbang.
Sangat ironis. Pengendapan pun dialamai oleh oleh konsumen di bawah umur, senyata juga direalisasi oleh mereka. Yang terjadi, serabut sensorik, telah dikuasi oleh acting-acting porno, fulgar dan tidak mendidik pada pola kemajuan akhlak. Malah menjerumuskan pada pola tindakan seksual, kian bermotif.
Dalam dunia pendidikan, variety film juga ikut mengambil andil besar. Banyak sekali tingkah laku pelajar sekolah, yang juga ikut-ikutan, pada pelakonan film.
Berpakaian dan asesoris menjadi ajang yang layang pandang. Cara dan model pakaian, yang diadopsi dari para centre society, menggema keras yang menggesek proyeksi tata tertib sekolah. Maka banyak sekali pelanggaran harus ditampakkan disana-sini, yang kian menambah komposisi, pelanggaran di dunia pendidikan.
Sehingga komplek sekali, buka’-buka’an aurat para pemuda usia sekolah. Meski dilakukan secara sederhana. Pacaran pun hal yang sangat disoroti di kursi sekolah. Pacaran bebas, yang memudarkan nilai agama, yang kerap terjadi, ditengarai oleh kian liberalnya dunia film, yang menyaksikan film-film ala seks.
Perilaku, pun tidak kalah ketinggalan. Maka pantas kalau Drs. Syamsul Hadi, mengatakan bahwa siswa/siswi lebih patuh pada ajaran yang disampaikan lewat TV, daripada pituduh Bapak/Ibu guru. Padahal, guru-guru merupakan orang tua di sekolah, yang berarti digugu dan ditiru, pituduh dan nasehatnya, ucap pak Syamsul sembari kesal.
Melihat perjalan sang remaja kita, memang penuh dengan pengaruh-pengaruh film. Bergaul sampai sat ini sudah kelewat batas. Wacana pendidikan agamapun luntur dan ditanggalkan begitu saja dalam masyarakat metropolis, kemudian merambah pada daerah pedesaan. Pemuda desa pun mengamini dan mengesahkan hal itu tanpa disaring lebih dahulu. Mendiskripkan tayangan di televisi sah-sah saja walaupun masih belum begitu terlihat. Namun secara terselebung mereka (pelajar) mempunyai benak seperti itu, disadari atau tidak.
Drs. H Moh Amin AZA, guru agama kita, pun pernah mengatakan saat menyikapi permasalahan tersebut di selah waktu mengajarnya. Beliau menjelaskan, media televisi sangat berpengaruh pada kehidupan kalangan remaja atau pelajar, terutama pada prilaku, berbusana, pergaulan dan gaya hidup, yang mencerminkan kebebasan bergaul dalam tanda kutip berpacaran.
Himbauan itu, bukanlah bentuk aturan. Lebih dari itu, sebagai pengingat ternyata secara tidak langsung tontonan tersebut telah mengendalikan kita. Rasanya kurang hari-hari kita tanpa melihat tayangan dalam pertelevisian, hingga melupakan proses belajar. Mengapa demikian ?
Berputarnya acara film di layar kaca selama durasi waktu tertentu, merupakan sistem pengajaran yang sangat efektif dan efesien. Pasalnya, sistem rancang demikian, menjadi sasaran pengajaran yang selama ini sedang gencar-gencarnya dilakukukan oleh pemerintah Indonesia, yakni Kompetensi.
Hasil pun tidak akan jauh berbeda dengan sasaran yang diharapkan dengan pengajaran yang dilakukan di kursi pendidikan formal. Hasil itu berupa pengendapan hasil penginderaan pada layar kaca, pada masing-masing memori, dengan kadar yang lebih mempuni, ketimbang hanya dari cerita dari mulut ke mulut.
Peran Sekolah
Otak yang masih kental akan pengaruh tayangan TV nampak terlihat jelas. Namun sampai saat ini adakah penanganan, untuk mengurangi tayangan pornografi di layar televisi, setidaknya mampu menghindarkan para remaja sekolah agar tidak terkontaminasi tayangan tersebut ???
Sekolah yang menjadi naungan menimbah ilmu, nampaknya harus mendominisi. Katakanlah menjadi resep pengurang penyakit ini dengan memberikan doktrin-doktrin untuk menghindari hal tersebut. Namun peranan sekolah nampaknya kurang mampu. Akan hal ini, agensi-agensi guru nampaknya diacuhkan begitu saja, karena disana sini masih banyak terjadi wabah fenomena seperti ini
Kurangya jangkuan sekolah ke wilayah gerak siswa dilingkup masyarakat umum, menjadi kendala utama. Kurangnya koordinasi sekolah dengan para wali siswa, menjadi batu sandungan utama. Orang tua kurang dinilai sekolah untuk memberikan atau mencegah ketimpangan ini.
Akar permasalahan ini harus cepat dihilangkan, sebelum bangsa kita menumpuk generasi yang rusak. Sekolah dan peran orang tua harus lebih dioptimalkan, jika sekolah mampu memberikan tatanan moral pada garis teretorial sekolah, orang tua juga harus menopang dari segi lingkup umum. “Era seperti ini tak halnya kita adalah sebagi lambang supermasi kebudayaan kita, maka jika kita mengasumsikan budaya pornografi sebagai libelarisme, maka keterpurukan ini adalah sebagai kekeliruan yang paling fatal”, ujar Gali (nama samaran), anak kelas 2 Ak 1 pada kami, saat papar pendapat dengan salah satu temannya.
Menumpuknya batu pornografi seharusnya dihentikan, setelah sekolah sudah berusaha dengan orang tua kini saatnya pemarintah lewat LSI harus cepat mengatasinya dengan memberantas tontonan tersebut.
DI LAYAR KACA
Kekacuan dunia pertelevisian yang mempertontonkan hingar bingar dunia pornografi telah mengkontaminasi proses keremajaan siswa, pelajar tak halnya korban kontaminasi tersebut, tragis dan ironis memang, mengabaikan proses belajar disekolah tak jarang ditingalkan demi mata acara televisi tersebut, hinga sebua atanan sosial budaya timur kita telah dirusak. Yang aneh lagi tak ada
Proses Tayangan Pornografi
Muncul dugaan di benak kita khusunya peminat acara telivisi, banyaknya film Indonesia, hanya sebagai trend zaman hegomia kita, dan makin terlihatnya gaya hidup metropolisme. Tayangan pada layar kaca memang begitu banyak mewarnai hiasan layar kaca, di tengah malam menemani para penonton setianya, bersama dengan film-film barat lainnya, membuat peridustrian televisi dan film mempunyai kaitan yang begitu erat.
Ketereratan film seronok dengan televisi, memang mempunyai sejarah menarik. Pada awalnya telivisi mengambil film tersebut, didorong biaya pengambilan film tersebut memang sedemikian murah. Sedangkan di pasaran bioskop, film-fim tersebut dinilai kurang laku. Akhirnya proses demikanlah yang memacuh proses fonemena marakanya pornografi di layar kaca.
Dugaan baru, munculnya peridustrian perfilman yang berani menampilkan adegan seronok, baru dimulai pada dekade tahun-tahun ini, merupakan hal yang keliru. Film-film jauh sebelumnya sudah ada sejak tahun delapan puluhan. Ketatnya dalam meraih konsumen film, pada zaman tersebut memaksa para industriawan perfilman kita, lebih mengandalkan kemenarikan film tersebut, khusunya adegan-adegan yang panas, bukan lagi kualitas jalan ceritanya. Inovasinya, bagaimana film ini laku dan menarik ?
Biasanya film tersebut banyak dibintangi pemain-pemain, yang berani melakukan adegan-adegan ala sex dan memancing syahwat alias hot. Misalnya bintang kenamaan Serli Marselina, artis Bom Sex kita dahulu, Ineke Khoshorawati, dan masih banyak lagi yang lainya. Begitulah sejarah perfilman kita pada era delapan puluhan sampai sembilan puluhan. Hingga film tersebut sudah tidak laku di bioskop-bioskop kota.
Pada dekade tahun 60 dan 80, media telivisi hanya satu yaitu hanya Telivisi Republik Indonesia ( TVRI). Pada waktu dekade tersebut kita nampaknya harus bangga dengan TVRI. Karena muatannya hiburan, pendidikan dan informasi, masih begitu kental. Keberadaan telivisi sampai batas itu kurang begitu berpengaruh pada prilaku masyarakat pada umumnya. Hingga pada awal tahun 90 sampai tahun 2000. Telivisi banyak bermunculan, hingga menimbulkan persaingan ketat seperti persaingan film-film bombastis seperti itu.
Keberadaan demikian, ternyata membuat para instansi pertelivisian, akhirnya lebih menonjolkan gaya komersialisasi terhadap iklan, dan menonjolkan paparan yang kurang mendidik. Seperti apa yang pernah dijelaskan oleh ketua LSI (Lembaga Sensor Film Indonesia ), yang dikutip dari wawancara eksklusif pada tayangan program “Topik Minggu Ini” di SCTV.
Keberanian menayangkan film-film panas, masih berlangsung hingga sekarang, dan merambah juga pada telivisi lainnya. Belum lagi distribusi film asing. Begitu banyak film barat-barat, memperparah tayangan-tayangan yang kontroversial dengan budaya “Ketimuran Indonesia”. Hal ini menjadi incaran para penggila acara ini, makin terpukau akan hal ini.
Menayangkan program berbau pornografi juga bukan film saja. Banyak juga acara miniseri, infotaimen dan cerita lainya, mewarnai pertelevisian kita. Sebut saja tayangan Komedi Tengah Malam di Lativi, Nah Ini Dia di SCTV, Fenomena di TransTV, dan masih banyak lagi. Sungguh sangat kita sayangkan. Pantas jika para ulama dan LSM-LSM mengecam akan hal ini, sekali lagi para generasi yang akan menjadi sebuah korban tayangan telivisi yang kurang mendidik ini.
Hal ini ternyata kurang mendapat perhatian khusus dari pemerintah, terlebih lagi pada Lembaga kita yaitu LSI. Nampaknya LSI kita tidak mempunyai kekuatan, untuk lebih mempertajam gunting sensornya. Sehingga acara-acara itu sudah terbilang menjamur dan menjadi komoditi yang wajib terlayani oleh penggilanya, khusnya para remaja dibawah umur.
Bila sejenak kita lebih melihat situasi tayangan pertelevisian Indonesia, tayangan pornografi bukan saja ada pada tengah malam. Namun kali ini juga sudah tak segan-segan telah ditayangan di setiap sela-selah waktu. Buktinya adalah Sinetron, film komedi, dan serial televisi lain-lainnya. Tak sampai dengan itu saja, tayangan panggung musik pun sering mengumbar sensualitas para biduannya.
Makin gencarnya tontonan seperti di atas terlebih-lebih lagi adalah sinetron, benar adanya penuh muatan tontonan pornogrtafi. Simbul adat ketimuran kita telah lebur, bersama wacana yang dicontohkan pada kehidupan dunia maya ini (miniatur). Terus menggiring kita pada arah sebuah bentuk peniruan dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Walaupun butuh proses yang panjang, kenyataannya kita telah mencotoh dan mempraktekan hal-hal yang ada dilayar televisi. Hal ini sangat berbahaya, bila akhlak sudah tercampur akan nilai wacanah pertelevisian tersebut.
Buktinya, dalam hal pakaian, prilaku ataupun pergaulan yang makin bebas. Kini sudah begitu banyak terlihat, kalangan insan muda di sekolah telah begitu kongkrit memprakterkan gaya pergaulan artis pujaannya di layar kaca. Tak hanya itu saja, pun berpacaran. Di usia sedini tersebut berpacaran ala sinetron pertelevisian, gencar dilakukan, demi meniru pujaan TV dan dianggap penggemar tulen.
Dalam hal berpakaian juga tak luput dari indikasi tayangan. Berbusana yang kurang seragam waktu disekolah, sering diperlihatkan. Fungsi pakaian muslim beruba menjadi area penunjukan seksualitas. Pakaian seragam ala metropolis tak jarang dijumpa, belum lagi pada busana yang dilkenakan diluar sekolah. Inilah trik insan pertelevisian, yang sering menayangkan kepada khlayak pemirsanya, dengan satu tujuan komerialiasiasi iklan.
Terkontaminasinya Tatanan Prilaku Remaja
Berpengaruhnya dominisi acara telivisi pada tatanan berprilaku, nampaknya diubah menjadi komiditi yang sangat menguntungkan. Ironisnya komoditi tersebut, dijawab dengan tayangan yang kurang mendididik, khusunya tayangan program kental dan sarat akan muatan pornografi. Inilah wacana televesi kita yang begitu mengharukan dan berubah terindikasi oleh persaingan yang mulai berubah, dari tayangan yang mendidik, menjadi tayangan perusak tatanan generasi kita.
Pengaruh tayangan telivisi sampai saat ini menjadi penyulut utama, mengapa para generasi mudah melupakan eksistensi norma-norma luhur bangsa Indonesia yang agamis. Pengonsumsian dan klasifikasilah yang juga berperan. Bukan hal yang tidak mungkin, kalau prosesi pendidikan senyatanya lebih sulit diterima oleh memori otak pelajar, daripada nonton film. Convious pernah bertutur, “Apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya lihat saya ingat dan apa yang saya kerjakan saya faham”. Ini tentulah sangat mendukung prosesi pengendapan informasi. Terutama dari film, yang sangat mendukung proses audio fisual (dilihat dan didengar), sedangkan prosesi pendidikan, selama ini masih sering berkutat pada proses mendengar saja. Waktu pun menjadi hal yang patut dipertimbangkan. Pasalnya durasi pendidikan, dengan durasi melototi film, sangat jelas tidak seimbang.
Sangat ironis. Pengendapan pun dialamai oleh oleh konsumen di bawah umur, senyata juga direalisasi oleh mereka. Yang terjadi, serabut sensorik, telah dikuasi oleh acting-acting porno, fulgar dan tidak mendidik pada pola kemajuan akhlak. Malah menjerumuskan pada pola tindakan seksual, kian bermotif.
Dalam dunia pendidikan, variety film juga ikut mengambil andil besar. Banyak sekali tingkah laku pelajar sekolah, yang juga ikut-ikutan, pada pelakonan film.
Berpakaian dan asesoris menjadi ajang yang layang pandang. Cara dan model pakaian, yang diadopsi dari para centre society, menggema keras yang menggesek proyeksi tata tertib sekolah. Maka banyak sekali pelanggaran harus ditampakkan disana-sini, yang kian menambah komposisi, pelanggaran di dunia pendidikan.
Sehingga komplek sekali, buka’-buka’an aurat para pemuda usia sekolah. Meski dilakukan secara sederhana. Pacaran pun hal yang sangat disoroti di kursi sekolah. Pacaran bebas, yang memudarkan nilai agama, yang kerap terjadi, ditengarai oleh kian liberalnya dunia film, yang menyaksikan film-film ala seks.
Perilaku, pun tidak kalah ketinggalan. Maka pantas kalau Drs. Syamsul Hadi, mengatakan bahwa siswa/siswi lebih patuh pada ajaran yang disampaikan lewat TV, daripada pituduh Bapak/Ibu guru. Padahal, guru-guru merupakan orang tua di sekolah, yang berarti digugu dan ditiru, pituduh dan nasehatnya, ucap pak Syamsul sembari kesal.
Melihat perjalan sang remaja kita, memang penuh dengan pengaruh-pengaruh film. Bergaul sampai sat ini sudah kelewat batas. Wacana pendidikan agamapun luntur dan ditanggalkan begitu saja dalam masyarakat metropolis, kemudian merambah pada daerah pedesaan. Pemuda desa pun mengamini dan mengesahkan hal itu tanpa disaring lebih dahulu. Mendiskripkan tayangan di televisi sah-sah saja walaupun masih belum begitu terlihat. Namun secara terselebung mereka (pelajar) mempunyai benak seperti itu, disadari atau tidak.
Drs. H Moh Amin AZA, guru agama kita, pun pernah mengatakan saat menyikapi permasalahan tersebut di selah waktu mengajarnya. Beliau menjelaskan, media televisi sangat berpengaruh pada kehidupan kalangan remaja atau pelajar, terutama pada prilaku, berbusana, pergaulan dan gaya hidup, yang mencerminkan kebebasan bergaul dalam tanda kutip berpacaran.
Himbauan itu, bukanlah bentuk aturan. Lebih dari itu, sebagai pengingat ternyata secara tidak langsung tontonan tersebut telah mengendalikan kita. Rasanya kurang hari-hari kita tanpa melihat tayangan dalam pertelevisian, hingga melupakan proses belajar. Mengapa demikian ?
Berputarnya acara film di layar kaca selama durasi waktu tertentu, merupakan sistem pengajaran yang sangat efektif dan efesien. Pasalnya, sistem rancang demikian, menjadi sasaran pengajaran yang selama ini sedang gencar-gencarnya dilakukukan oleh pemerintah Indonesia, yakni Kompetensi.
Hasil pun tidak akan jauh berbeda dengan sasaran yang diharapkan dengan pengajaran yang dilakukan di kursi pendidikan formal. Hasil itu berupa pengendapan hasil penginderaan pada layar kaca, pada masing-masing memori, dengan kadar yang lebih mempuni, ketimbang hanya dari cerita dari mulut ke mulut.
Peran Sekolah
Otak yang masih kental akan pengaruh tayangan TV nampak terlihat jelas. Namun sampai saat ini adakah penanganan, untuk mengurangi tayangan pornografi di layar televisi, setidaknya mampu menghindarkan para remaja sekolah agar tidak terkontaminasi tayangan tersebut ???
Sekolah yang menjadi naungan menimbah ilmu, nampaknya harus mendominisi. Katakanlah menjadi resep pengurang penyakit ini dengan memberikan doktrin-doktrin untuk menghindari hal tersebut. Namun peranan sekolah nampaknya kurang mampu. Akan hal ini, agensi-agensi guru nampaknya diacuhkan begitu saja, karena disana sini masih banyak terjadi wabah fenomena seperti ini
Kurangya jangkuan sekolah ke wilayah gerak siswa dilingkup masyarakat umum, menjadi kendala utama. Kurangnya koordinasi sekolah dengan para wali siswa, menjadi batu sandungan utama. Orang tua kurang dinilai sekolah untuk memberikan atau mencegah ketimpangan ini.
Akar permasalahan ini harus cepat dihilangkan, sebelum bangsa kita menumpuk generasi yang rusak. Sekolah dan peran orang tua harus lebih dioptimalkan, jika sekolah mampu memberikan tatanan moral pada garis teretorial sekolah, orang tua juga harus menopang dari segi lingkup umum. “Era seperti ini tak halnya kita adalah sebagi lambang supermasi kebudayaan kita, maka jika kita mengasumsikan budaya pornografi sebagai libelarisme, maka keterpurukan ini adalah sebagai kekeliruan yang paling fatal”, ujar Gali (nama samaran), anak kelas 2 Ak 1 pada kami, saat papar pendapat dengan salah satu temannya.
Menumpuknya batu pornografi seharusnya dihentikan, setelah sekolah sudah berusaha dengan orang tua kini saatnya pemarintah lewat LSI harus cepat mengatasinya dengan memberantas tontonan tersebut.
Subscribe to:
Posts (Atom)