Thursday, July 3, 2008

तुलिसन तेemanku

MENGGAPAI SYUKUR

Oleh : M. Arif Rosyidin A.Md

Kata Syukur barangkali sudah begitu intens kita dengar. Baik dari ustadz-ustadz atau kita baca dalam tulisan-tulisan dan artikel religi. Namun sejauh ini implementasi syukur sepertinya belum menjadi bagian dari hidup kita. Seringkali kita mengucapkan kalimat “marilah kita memanjatkan puji syukur kehadirat Allah…..” namun itu merupakan bahasa verbal semata, simbolistik belum menjadi representasi buncahan rasa.buktinya, kita seringkali mengeluh dan “mendemo” tuhan manakalah kita merasa belum puas dengan pemberian tuhan. Berangkat dari fenomena ini penulis mencoba menulis sedikit hal tentang syukur. Meskipun penulis menyadari dirinya sendiri masih jauh dari sikap pandai bersyukur. Namun semoga ini menjadi tulisan yang akan mengundang rahmat Allah dan kemudian mengarunia penulis dan semua pembaca untuk menjadi hamba yang pandai bersyukur.

Syukur secara istilah adalah mengakui dan meyakini segala kenikmatan datangnya dari Allah yang harus diucapkan dengan lisan, diyakini dalam hati dan dibuktikan dengan perbuatan ( iqroru billisan, I’tiqodu bil qolb wa arkanu bil amal ). Syukur menjadi penting artinya karena tingkat kita bersyukur kepada allah akan menjadi bukti kualitas penghambaan kita kepada Allah. ( min alamatul qurb, katsrotu mina syukr ). Syukur menempati posisi yang penting dalam pandangan Allah. Allah begitu mengapresiasi bagi mereka yang mau bersyukur dan sebaliknya allah begitu murka kepada mereka yang mengingkari nikmatnya Dalam firmannya : lainsyakartum la’azidannakum, Walainkafartum inna adzaabi lasyadid- Seaindainya Engkau bersyukur maka nicaya akan kutambah nikmat-nikmatku padamu, dan kalau kau ingkari nikmatku maka sesungguhnya adzabku sangatlah pedih. ( ) Ayat ini selain berfungi sebagai Basyiroh (pemberi kabar gembira bagi mereka yang mau bersyukur dengan tambahan-tambahan nikmat ) sekaligus sebagai Nadliroh (sebagai peringatan dini sebelum mengingkari nikmatNya dengan ancaman Adzab.

BAGAIMANA MENGGAPAI SYUKUR

Memang untuk mencapai kondisi spiritual syukur tidaklah mudah kecuali mereka yang dikarunia Allah dengan Fadlol-fadlol. Tetapi kita sebagai hambanya wajib senantiasa bermujahadah supaya Allah berkenan menurunkan rahmat dan karunianya. Di bawah ini penulis tulis beberapa kiat dan strategi untuk menggapai syukur yang penulis dengar dari beberapa Ulama’ sholeh :

1. Jangan hanya menghitung apa yang hilang dari kita tapi cobalah menghitung juga apa yang kita terima. Misalnya, kalau anda selama ini tidak pernah menghitung nikmat islam dan iman, mulai sekarang nikmat tersebut kita inventaris sebagai kekayaan kita yang paling utama yang balasannya adalah surga. Nah, nikmat ini saja kalau kita “ kurskan” dengan rupiah hasilnya adalah INVALUABLE, tak ternilai. Belum lagi nikmat berupa organ biologis kita lainnya misalnya mata, telinga, tangan dan tentunya masih banyak nikmat-nikmat lainnya. Sayangnya kita seringkali tidak adil. Karena hanya menghitung apa yang hilang dari kita akibatnya kita gampang guncang dan suu’dzon kepada Allah inilah yang dalam istilah psikologi disebut Missing tiles syndrome.

2.Jangan Mencari Pembanding Yang salah. Misalnya kita baru diberi rezeki oleh Allah kemampuan membeli televisi 14inc jangan selalu membandingkan dengan tetangga kita yang sudah bisa membeli televisi 21inc. atau kita baru bisa membeli sepeda motor jangan terpancing dengan tetangga kita yang sudah bisa beli mobil. Hal itu akan membuat kita terstimulasi untuk menyamai dan kalau kita gagal kita bisa kehilangan syukur kita kepada Allah.

3. Kondisikanlah supaya kita senantiasa bisa bersyukur atau ciptakan keadaan yang memungkinkan kita supaya bisa bersyukur. Misalnya : seandainya wajah kita berjerawat, belilah obat jerawat supaya cepat sembuh dan tidak mengeluh lalu bisa senantiasa bersyukur atau seandainya badan kita berpenyakit kulit seperti : kadas, panu cepet-cepetlah beli Kalpanax agar kita tidak sampai mengeluh gara-gara. Panu atau kadas. Syech Hasan Asyadzili, Wali Qutub generasi kedua setelah Syech Abdul Qodir Jaelani pernah memberi petuah :” minumlah kamu susu, tidurlah di atas kasur empuk lalu bersyukurlah itu lebih baik dari pada mengeluh” hal ini menunjukkan bahwah syukur itu adalah suatu perbuatan yang sangat dicintai Allah sebaliknya, mengeluh atau ngersulo adalah perbuatan yang sangat dibenci oleh allah.

4. Janganlah pernah melihat kecilnya pemberian Tapi lihatlah siapa yang memberi.misalnya pekerjaan kita adalah menjual gado-gado dan kebetulan suatu hari mendapat penghasilan yang sedikit. Maka jangan dilihat sedikitnya rezeki tersebut tetapi ingatlah siapa yang memberi Rezeki yaitu Allah SWT—Tuhan sekalian Alam, Sang kholiq, kang murbeng Dumadi. Ironisnya, kita seringkali terbalik. Mendapat penghargaan dari camat saja kita sudah bangga walau hanya selembar kertas sertifikat

5.Senantiasalah meminta pertolongan kepada allah agar kita senantiasa diberi karunia untuk bisa bersyukur. karena pada dasarnya kemampuan itu datangnya hanya dari Allah. Ada satu wirid yang diberikan oleh Rasulullah Kepada sahabatnya yang dicintai yaitu Muadz bin Jabal yang berbunyi : Allahumma ‘Ainni ala dzikrik, wa syukrik, wa khusni ibadatik. Artinya Ya Allah tolonglah aku agar senantiasa bisa berdzikir kepadamu, bersyukur kepadamu dan bisa beribadah secara ihsan. Sebenarnya masih banyak model-model doa lain supaya kita dikarunia kemampuan bersyukur, wirid di atas hanyalah satu dari sekian wirid matsur dari Rasulullah.

Demikianlah apa yang dapat penulis sampaikan dalam tulisan sederhana ini semoga menjadi ilmu yang manfaat dan barokah.dan kita semua dirahmati allah agar menjadi hamba-hambanya yang pandai bersyukur. Astaghfirullahal adzim min qoulin bila amalin

No comments: